Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Resistensi Antimikroba Harus Segera Ditangani

Kompas.com - 19/12/2019, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Antimicrobial Resistance (AMR) atau resistensi antimikroba menjadi masalah yang akhir-akhir ini dijadikan fokus utama pelayanan medis serta pemerintah.

Mengapa AMR menjadi masalah yang penting untuk ditangani dengan segera?

AMR merupakan permasalahan global yang semakin berkembang dengan munculnya patogen ESBL-producing bacteria dan CRE.

Ketua Komite Pengendalian Resisten Antibiotik (KPRA), Dr dr Hari Paraton SpOG mengatakan bahwa secara sederhananya AMR terjadi karena antimikroba sudah tidak lagi berfungsi untuk mengobati penyakit yang disebabkan mikroba (bakteri, jamur, atau virus) yang bermutasi di dalam tubuh.

Misal, penggunaan antibiotik yang memang seharusnya dikonsumsi mereka yang terkena penyakit karena bakteri, menjadi resisten atau kebal dari antibiotik tersebut.

Sehingga, orang tersebut akan sulit diberikan pengobatan dan susah disembuhkan penyakitnya.

Baca juga: 10 Langkah untuk Cegah Resistensi Antimikroba pada Hewan Ternak

Pada 2050, diperkirakan lebih dari 4,7 juta orang di Asia Pasifik meninggal setiap tahunnya karena infeksi yang sebelumnya dapat disembuhkan oleh antibiotik. Ini merupakan angka kematian tertinggi yang diproyeksikan secara global.

Dengan populasi sekitar 260 juta jiwa, pada 2000-2012 Indonesia tercatat memiliki tingkat resistensi tertinggi untuk Imipenem di antara negara-negara di Asia dengan 6 persen.

"Prevalensi AMR di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, hingga saat ini mencapai 64 persen," kata dr Hari dalam sebuah acara bertajuk Indonesia Memerangi Antimicrobial Resistance (AMR), Jakarta, Kamis (19/12/2019).

Baca juga: 4 Penyebab Munculnya Resistensi Antibiotik

Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2013, sekitar 86 persen antbiotik di Indonesia disimpan tanpa resep dokter.

"Itu artinya masih banyak yang menggunakan antibiotik, entah mereka tahu atau tidak bahwa bisa terjadi resistensi antimikroba ini," ujarnya.

dr Hari menyebutkan hal inilah yang harus ditangani bersama dengan segera, agar tidak banyak lagi masyarakat yang mengalami resistensi terhadap antimikroba. Sehingga, angka harapan hidup meningkat dengan level pengobatan yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com