Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stroke Tempati Urutan Kedua Penyebab Kematian, Kenali Faktor Risikonya

Kompas.com - 12/12/2019, 08:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menunjukkan, stroke menempati peringkat kedua sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian. Stroke juga menjadi peringkat ketiga penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.

Selain itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018 menunjukan, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun adalah 10,85 persen.

Dijelaskan dokter spesialis saraf (Neurologist), dr Eka Harmeiwaty SpS, berdasarkan riset Indonesian Stroke Registry yang dilakukan di 18 rumah sakit sepanjang 2014 menunjukkan, dari 5.411 pasien stroke, 67 persen adalah stroke iskemik dan 33 persen stroke hemoragik perdarahan.

"Angka ini berbeda dengan data global yang menyebutkan insidens stroke iskemik adalah 80-85 persen dan stroke hemoragik 15-20 persen," kata Eka dalam acara bertajuk Gerakan Peduli Hipertensi: “Waspada Tekanan Darah di Pagi dan Malam Hari, Risiko Strok Mengintai” di Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Baca juga: Ketahui Pertolongan Pertama terhadap Stroke agar Tidak Meninggal

Faktor risiko utama stroke

Faktor risiko penyakit stroke terbilang beragam. Namun, hipertensi merupakan salah satu faktor utama yang paling sering memicu seseorang mengalami stroke.

"Hipertensi adalah faktor risiko paling sering menyebabkan terjadinya stroke iskemik dan stroke hemoragik," ujarnya.

Dituturkan Eka, hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik dan stroke hemoragik melalui mekanisme yang berbeda.

Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi akan merusak elastisitas pembuluh darah di otak, dinding pembuluh darah menebal dan mempermudah terbentuknya plak.

Keadaan ini akan membuat lumen pembuluh darah menyempit dan tersumbat, akibatnya otak tidak bisa mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang akan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel saraf di otak.

Selain itu hipertensi kronis akan menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil, dan menyebabkan terbentuknya gelembung yang bisa pecah sewaktu-waktu.

Selanjutnya, darah yang keluar dari pembuluh darah akan menekan sel saraf di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan.

"Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal," tuturnya.

Oleh sebab itulah, kata Eka, dianjurkan dokter agar dapat melakukan pengukuran tekanan darah sendiri (PTDR) atau home blood pressure monitoring (HBPM) untuk mencegah terjadinya stroke.

Baca juga: Hari Stroke Sedunia, Kenali 6 Faktor Risiko yang Menyebabkan Stroke

Gejala stroke

Eka menuturkan, gejala stroke seringkali muncul secara mendadak. Meski, progresivitasnya bisa bertahap atau langsung parah.

Gejala yang muncul tersebut berhubungan dengan fungsi bagian otak yang terkena.

Namun yang paling sering ditemukan adalah kelumpuhan ekstremitas satu sisi, kesemutan, wajah mencong dan pelo.

Gejala stroke bisa pula berupa gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan penglihatan, gangguan menelan, suara sengau, gangguan koordinasi dan gangguan keseimbangan.

Selain itu, perubahan perilaku juga bisa terjadi. Pasalnya, stroke kerap diangap sebagai gangguan jiwa.

"Sepertiga pasien stroke mengalami pemulihan, sepertiganya mengalami kecatatan seumur hidup dan sepertiga lainnya meninggal," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com