KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, oksigen berperilaku tidak biasa di atmosfer planet Mars. Penemuan ini terbilang unik karena biasanya metanalah yang selalu bermasalah di atmosfer Mars.
Dilansir dari Universe Today (14/11/2019), robot Curiosity NASA sedang sibuk memeriksa Mars apakah planet tersebut mendukung adanya kehidupan mikroba di masa lalu.
Fokus utamanya adalah bebatuan yang membentuk Planet Mars. Namun, Curiosity juga mengambil pengukuran atmosfer menggunakan instrumen Sample Analysis at Mars (SAM).
SAM dapat mengukur dan menganalisis organik maupun gas di atmosfer Mars. SAM juga dapat menentukan apakah gas memiliki asal biologis atau asal geokimia.
Selama tiga tahun menjadi penghuni Mars, Curiosity telah menggunakan SAM untuk mengukur atmosfer di Kawah Gale Crater dan melacak perubahan.
Baca juga: Selain Mars, NASA Tunjuk 4 Objek Baru untuk Dieksplorasi di Masa Depan
Hasilnya, komposisi atmosfer di permukaan Mars terdiri dari 95% karbon dioksida, 2,6% nitrogen molekul, 1,9% argon, 0,16% oksigen molekuler, dan 0,06% karbon monoksida.
Selain itu, komposisi atmosfer Mars berubah setiap pergantian musim. Selama musim dingin Mars, karbon dioksida (CO2) membeku dan menurunkan tekanan atmosfer, sedangkan selama musim panas, karbon dioksida menyublim dan meningkatkan tekanan atmosfer.
Curiosity juga menemukan komposisi nitrogen dan argon Mars dapat bertambah dan berkurang seiring musim karena tekanan atmosfer yang berubah di Gale Crater.
Melihat hal ini, para ilmuwan pun berasumsi bahwa oksigen juga akan melakukan hal yang Namun, temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Geophysical Research: Planets mengungkapkan bahwa ternyata tidak demikian.
“Ini adalah pertama kalinya kami melihat perilaku menarik ini selama beberapa tahun" ujar Melissa Trainer, pemimpin penelitian dan ilmuwan planet di Goddard Space Flight Center NASA.
Baca juga: Robot Curiosity Selfie di Mars setelah Lakukan Misi Langka
Dalam siaran pers, Trainer menjelaskan bahwa pihaknya akan mengulas lebih dalam terkait perilaku oksigen yang tidak dapat biasa di Mars.
“Kami berjuang untuk menjelaskan ini. Fakta bahwa perilaku oksigen tidak dapat diulang dengan sempurna setiap musim membuat kita berpikir bahwa itu bukan masalah yang berkaitan dengan dinamika atmosfer. Itu mungkin karena sumber bahan kimia lain yang belum kami ketahui” sambungnya.
Timothy McConnochie, asisten peneliti riset di University of Maryland in College Park dan penulis studi lainnya juga menduga hal yang sama.
"Kami pikir ini ada hubungannya dengan tanah di permukaan yang berubah-ubah sesuai musimnya, karena tidak ada cukup atom oksigen di atmosfer untuk menciptakan perilaku (oksigen) yang kami lihat," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.