Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Laut Maluku, Bali Utara, dan Ambon Tidak Saling Berkaitan

Kompas.com - 17/11/2019, 10:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini gempa bumi terjadi di tiga lokasi berbeda. Pada 26 Oktober 2019, gempa bermagnitudo 6,5 terjadi di Ambon. Pada 14 November 2019, terjadi gempa di dua lokasi berbeda yakni Laut Maluku (magnitudo 7,1) dan Bali Utara (magnitudo 5,0).

Ketiganya tercatat memiliki kesamaan dalam tipe gempa. Dari rilis Bidang Gempabumi dan Tsunami BMKG kepada Kompas.com, diketahui ketiga gempa tersebut memiliki tipe yang diawali oleh aktivitas gempa pendahuluan (foreshock).

Selanjutnya terjadi gempa utama (mainshock) kemudian diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks).

Baca juga: Sejak Dulu Maluku Sudah Sering Gempa, Ini Riwayat Sejarahnya

Update hingga Sabtu (16/11) pukul 18.00 WIB, tercatat Gempa Laut Maluku diikuti sebanyak 185 gempa susulan, Gempa Bali Utara diikuti 100 gempa susulan, dan Gempa Ambon diikuti 2.345 gempa susulan.

Meskipun ketiga gempa tersebut memiliki tipe yang sama, akan tetapi memiliki perbedaan dalam hal sumber gempa dan mekanisme sumbernya.

Gempa Laut Maluku dipicu oleh deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku (gempa intraslab). Gempa Bali Utara dibangkitkan oleh sumber gempa struktur Sesar Naik di Utara Bali, dan Gempa Ambon terjadi akibat aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya.

Baca juga: BMKG: Peringatan Dini Tsunami Gempa Maluku M 7,1 Dicabut, Kondisi Aman

Selain berbeda dalam sumber gempa, ketiga gempa tersebut juga berbeda dalam mekanisme sumbernya. Gempa Laut Maluku memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrust fault), Gempa Utara Bali memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique thrust), dan Gempa Ambon memiliki mekanisme sesar geser (strike slip).

Gempa tektonik M 7,1 mengguncang wilayah Maluku Utara pada Kamis, (14/11/2019) pukul 23.17.41 WIB. BMKG sempat mengeluarkan peringatan waspada tsunami, yang kemudian dinyatakan berakhir pada Jumat (15/11/2019) pukul 1.45 WIB. Gempa tektonik M 7,1 mengguncang wilayah Maluku Utara pada Kamis, (14/11/2019) pukul 23.17.41 WIB. BMKG sempat mengeluarkan peringatan waspada tsunami, yang kemudian dinyatakan berakhir pada Jumat (15/11/2019) pukul 1.45 WIB.

Tidak saling berkaitan

Apakah ketiga gempa tersebut saling berkaitan dan saling picu? BMKG menjelaskan bahwa ketiga lokasi gempa itu tidak memiliki keterkaitan.

"Banyaknya aktivitas gempa bumi di Indonesia bukan disebabkan oleh adanya saling picu. Tingginya frekuensi aktivitas gempa bumi disebabkan karena di Indonesia memang banyak terdapat sumber gempa," tutur Dr Daryono selaku Kepala Bidang Gempabumi dan Tsunami BMKG.

Indonesia memiliki 6 sumber gempa tumbukan lempeng yang jika dirinci menjadi 13 zona sumber gempa megathrust. Selain itu Indonesia juga masih memiliki sumber gempa sesar aktif lebih dari 295 segmen. Sehingga wajar jika di Indonesia sering terjadi gempa bumi.

Baca juga: Ahli BMKG Jelaskan Kondisi Tektonik yang Bikin Maluku Sering Gempa

Setiap sumber gempa memiliki proses akumulasi medan tegangan sendiri-sendiri, mencapai fase “matang” sendiri-sendiri, dan selanjutnya mengalami rilis energi dalam bentuk gempa bumi sendiri-sendiri. Jadi banyaknya kejadian gempa bukan karena gempa saling menjalar ke sana kemari.

"Mengingat tingginya aktivitas gempa bumi di Indonesia, maka kita harus terus menggalakkan upaya mitigasi bencana. Dengan cara membangun bangunan tahan gempa, merencanakan tata ruang pantai yang aman bebasis risiko tsunami, memahami evakuasi mandiri, berlatih evakuasi, dan memahami cara selamat saat terjadi gempa bumi dan tsunami," tutur Dr Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau