Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kasus Penyakit Tidak Menular di Indonesia Melonjak, Ini Sebabnya

Kompas.com - 15/10/2019, 09:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit tidak menular (PTM) dianggap hal biasa dan kadang tidak dipedulikan masyarakat kita.

Namun tahukah Anda, tren atau tingkat prevalensi penyakit tidak menular mengalami peningkatan signifikan selama 2013-2018?

Data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkap, tingkat prevalensi PTM melonjak naik lebih dari 34 persen di Indonesia.

Beberapa jenis PTM yang sering diidap masyarakat antara lain alergi, diabetes, rematik, depresi, hipertensi, stroke, asma, dan paru-paru kronis (basah).

Baca juga: 80 Persen Penyakit Tidak Menular Disebabkan oleh Hidup Tidak Sehat

Menurut Kepala Sub Direktorat Kejadian Luar Biasa, Direktorat Imunisasi dan Karantina, dr Theresia Sandra Diah Ratih MHA, perkembangan PTM yang semakin meningkat setiap tahunnya dipengaruhi oleh ketidaktahuan masyarakat.

"Masyarakat kenal hipertensi, stroke, tapi tidak tahu kalau itu penyakit tidak menular," kata Sandra.

Ketika masyarakat tidak tahu apa saja yang tergolong PTM, penyebabnya pun jadi tidak digubris.

Lantas, apa saja penyebab PTM?

Sandra mengatakan, kecanggihan teknologi dan gaya hidup menjadi faktor utama penyebab PTM dapat diderita seseorang.

"PTM lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan kita sehari-hari. Dulu orang tua (di masa lalu) ke manapun (pergi) dengan jalan kaki atau sepeda. Sekarang (orang masa kini) pakai motor meski jaraknya dekat, kayak ke warung tetangga misalnya," ujarnya.

Sandra mengatakan orang masa kini cenderung jarang bergerak dan lebih memilih tinggal di rumah saja. Sebagai contoh, untuk membeli makan atau mengantar barang, masyarakat lebih memilih menggunakan aplikasi layanan dari telepon genggam.

Selain gaya hidup, kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan PTM. Ironisnya, masyarakat cenderung lebih memilih beli rokok dibanding makan makanan sehat.

"Jadi dari survei masa krisis ekonomi di Indonesia. Biaya pengeluaran untuk kebutuhan hidup atau makan merendah, tetapi daya beli untuk rokok stabil bahkan cenderung meningkat. Ini kan artinya masyarakat lebih rela tidak makan daripada tidak merokok," tuturnya.

Padahal, rokok terbukti memberi dampak buruk bagi kesehatan. Kebiasaan merokok berimplikasi terhadap berbagai jenis penyakit, tak hanya dirasakan pemakai tapi juga orang-orang di sekitarnya.

Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat

Sandra berkata, sepertiga dana BPJS digunakan untuk menanggung penderita PTM yang jumlahnya terus bertambah.

Oleh sebab itulah, lembaga pemerintahan fokus melakukan berbagai macam hal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadao kesehatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com