KOMPAS.com - Penemuan benda-benda berupa emas, koin dan manik-manik di sekitar lahan gambut yang terbakar di Palembang menggemparkan masyarakat. Pasalnya, benda-benda ini disebut-sebut sebagai peninggalkan kerajaan Sriwijaya.
Menanggapinya, para arkeolog telah berpendapat bahwa artefak yang ditemukan belum bisa dikatakan sebagai peninggalan Sriwijaya sebelum melalui berbagai analisis dan juga observasi
Diungkapkan oleh arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Sumsel), Retno Purwanti, kepada Kompas.com, Sabtu (5/10/2019); menentukan apakah suatu benda bisa dikatakan sebagai peninggalan dinasti ataupun kerajaan tertentu tidak bisa hanya dengan dilihat saja.
Ada mekanisme tersendiri yang harus dilakukan oleh para arkeolog dalam melakukan analisis terhadap benda tersebut.
Baca juga: Harta Karun di Lokasi Karhutla Peninggalan Sriwijaya? Para Ahli Bilang Belum Tentu
"Juga sulit kita mengidentifikasi tanpa ada konteks lainnya. Misalkan, tanahnya, struktur tanah, kedalaman tanahnya, terus ada benda apalagi di sekitarnya misal. Itu butuh sekali diketahui oleh para arkeolog untuk bisa melakukan analisis, bahkan cek laboratorium dan juga observasi berkelanjutan tentang benda itu," kata Retno.
Observasi terhadap tanah menjadi bagian penting dalam mengidentifikasi suatu benda atau artefak oleh para arkeolog.
Retno mengatakan bahwa ketika akan menggali suatu tempat untuk mencari artefak, para arkeolog tidak langsung menggali sedalam-dalamnya atau sampai ketemu bendanya.
Para arkeolog akan menggali secara bertahap, sambil mengukur dan mencatat kedalaman serta tekstur tanah pada setiap tahap penggalian tersebut.
"Soalnya beda lapisan tanah beda lagi identifikasinya. Misal tanah yang lebih dalam itu kan bisa berarti artefaknya itu lebih lama juga masanya. Nah, nanti baru bisa dimasukkan ke laboratorium dan dianalisis, itu tanah menunjukkan tahun berapa," jelasnya
Menanggapi artefak yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan karena ditemukan di lahan gambut yang terkena karhutla, Retno berkata bahwa tanah yang terbakar memang mempermudah kemunculan suatu benda. Selain itu, gejolak pergeseran dalam bumi juga berpengaruh terhadap lapisan tanah dan kedalaman sebuah benda.
Baca juga: 5 Fakta Sejarah Majapahit, Kerajaan Terbesar di Nusantara
Kedua hal ini membuat identifikasi artefak berdasarkan observasi tanah menjadi lebih sulit.
"Makanya kalau ada benda yang katanya peninggalan bersejarah, (tetapi) itu sudah di tangan dan kita (arkeolog) tidak tahu prosesnya menggalinya gimana, lokasi pastinya dimana, atau kedalaman tanahnya gimana, juga misal itu hanya sepotongnya padahal sebelumnya ada potongan lain yang dibuang; itu sulit (diidentifikasi), karena konteks lainnya itu penting juga," jelasnya.
Di samping tanah, para arkeolog juga bisa melihat gaya seni untuk dari periode atau kerajaan mana suatu artefak berasal.
Namun lagi-lagi, diungkapkan oleh Dosen Arkeolog di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Profesor Agus Munandar MHum, gaya seni ini tidak bisa dilihat begitu saja oleh orang awam.
Gaya seni untuk mengidentifikasi artefak harus dipelajari oleh seorang arkeolog terlebih dahulu, karena hanya mereka yang tahu bagaimana menjelaskan hubungan antara penemuan yang didapatkan dengan gaya seni yang dimaksud, hingga diketahui detail tentang dinasti atau masa kerajaan artefak tersebut.
"Makanya kalau cuma ada fragmen (potongan) kecil suatu artefak itu bakal sulit ya. Misal, nemu arca, tapi cuma ada dapat potongan lengannya saja (atau) kakinya saja, itu sulit diidentifikasi sebab kita enggak tahu itu potongan artefak Hindu atau Buddha begitu," kata Agus.
Artefak yang mudah untuk diidentifikasi gaya seninya oleh arkeolog, yaitu sebuah prasasti dan juga arca yang relatif masih utuh.
Terkait karakteristik peninggalan periode Sriwijaya, menurut Agus, gaya seni bercorak Hindu-Budha menjadi ciri yang khas dan identik ditemukan pada artefak yang telah ditemukan hingga saat ini.
"Makanya, apapun temuannya, misal arca Buddha, kalau di Sumsel itu selalu diduga kuat dan dikatakan itu artefak peninggalan masa kerajaan Sriwijaya," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.