KOMPAS.com – Sosok Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya.
Tak terkecuali bagi Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono. Keduanya kerap bertemu dalam berbagai kesempatan untuk membahas bencana-bencana yang terjadi di Tanah Air.
Dari sana lah keduanya menjadi begitu dekat, terlebih Sutopo dan Daryono berasal dari satu almamater yang sama, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tidak hanya itu, domisili mereka juga berdekatan di Jawa Tengah.
Daryono berasal dari Kabupaten Semarang, sementara Sutopo dari kabupaten di sebelahnya, Boyolali.
Baca juga: Doni Monardo: Bapak Sutopo Berjasa Besarkan Nama BPNB
Dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/7/2019), Daryono menyebut Sutopo sebagai mentor yang sangat menginspirasi.
“Bagi saya Pak Topo adalah mentor yang cemerlang dan sangat menginspirasi. Ada beberapa bimbingan beliau yang saya tidak akan melupakan selamanya,” kata Daryono.
Salah satu hal yang Daryono pelajari dari Sutopo adalah bahwa cara menyampaikan informasi kebencanaan yang baik dan efektif perlu dikemas secara menarik, padat, dan lengkap.
Hal ini akan diterapkan dalam kapasitas Daryono yang juga bertugas memberikan informasi kepada masyarakat dengan kekhususan bencana gempabumi dan tsunami.
“Jika dulu, informasi gempa hanya disajikan dalam bentuk angka dan kata singkat seperti waktu gempa, magnitudo, koordinat episenter dan kedalaman gempa, maka kini publik harus memahami secara lengkap,” jelasnya.
Selain itu, kecepatan dan ketepatan informasi juga menjadi hal penting yang harus diupayakan oleh para penyalur informasi seperti dirinya, agar lebih bermanfaat bagi banyak pihak.
Sutopo mengajarkan, meskipun dirinya bukan bekerja di dunia pers atau menjadi seorang wartawan, tetapi dibutuhkan kecakapan dalam menyusun informasi secara cepat.
“Kita harus bisa mengetik berita bencana dengan cepat. Jangan harus nunggu komputer menyala, tapi ketik lah berita di handphone secepatnya,” kata Daryono meniru ucapan Sutopo.
Petuah itu yang kemudian coba dilakukan oleh Daryono. Sekarang ia selalu berupaya mengetik informasi analisis di mana pun ia berada, termasuk saat sedang dalam perjalanan.
Dari Sutopo juga Daryono belajar bahwa penyebarluasan informasi bencana tidak selalu ada di jam kerja. Bencana bisa terjadi kapan pun, dan saat itu juga informasi harus disebarluaskan.