Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/04/2019, 17:00 WIB
Julio Subagio,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Apakah anda termasuk orang yang sering bergadang dan bangun siang di akhir pekan? Jika iya, maka sebaiknya anda mulai mengubah kebiasaan tersebut.

Menurut studi terbaru, perilaku tidur panjang di akhir pekan sebagai pengganti waktu tidur yang kurang saat hari kerja ternyata mengundang banyak resiko gangguan kesehatan.

Hal ini meliputi sering lapar saat tengah malam, gangguan keseimbangan neraca energi, peningkatan berat badan, dan menurunnya sensitivitas terhadap hormon insulin.

Sejak beberapa dekade terakhir, ilmuwan sudah menyadari bahwa kurang tidur dapat mengganggu kesehatan, terutama memicu kasus obesitas dan diabetes tipe 2. Namun belum diketahui secara pasti apakah waktu tidur yang hilang tersebut dapat ditebus dengan tidur panjang kala akhir pekan.

Waktu luang yang melimpah di kala ahkir pekan tampak menggiurkan untuk menebus waktu tidur yang hilang seminggu sebelumnya. Namun, ilmuwan selama ini bersikap skeptis terhadap hal tersebut.

Baca juga: World Sleep Day, Pahami 6 Gangguan Tidur yang Rugikan Diri

Untuk menguji dampak perilaku tersebut, Christopher Depner dari University of Colorado beserta koleganya melakukan studi terkait perbedaan waktu tidur akhir pekan.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Current Biology ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian, yang terdiri dari pemuda berusia sekitar 20 tahun, menjadi tiga kelompok. Selama kurun waktu dua minggu, kelompok ini mengikuti pola tidur dengan jadwal yang ditentukan.

Kelompok pertama tidur selama delapan jam per harinya, sedangkan kelompok kedua hanya menghabiskan waktu tidur selama lima jam per hari.

Kelompok ketiga dijadwalkan untuk tidur lima jam pada hari kerja, namun bebas menghabiskan waktu tidur sebanyak mungkin selama akhir pekan.

Kelompok terakhir ini umumnya bergadang hingga tengah malam, lalu paginya, mereka tertidur lelap hingga sekitar jam 11 siang. Selama akhir pekan, rata-rata mereka menghabiskan sekitar 1,1 jam waktu tidur lebih banyak dibandingkan yang dibutuhkan tubuh.

“Mereka mendapatkan waktu tidur ekstra, tapi tidak cukup untuk menggantikan waktu tidur yang hilang selama seminggu”, ujar Depner seperti yang dilansir dari Science News, Selasa (9/4/2019).

Individu dengan periode tidur kurang selama studi mengalami kenaikan berat badan. Pada akhir studi, anggota kelompok dua dan tiga berat badannya bertambah sekitar 1,5 kilogram.

Terkait temuan ini, Depner menjelaskan bahwa kenaikan berat badan terjadi akibat intervensi terhadap hormon pengatur rasa kenyang, seperti leptin, oleh pola tidur yang terganggu.

Pola tidur yang bergeser mengubah jam internal tubuh, sehingga rasa lapar terasa lebih malam. Dalam seminggu, kedua kelompok mengonsumsi sekitar 400-650 kalori lewat cemilan tengah malam.

Namun kelompok ketiga, yang menghabiskan akhir pekannya dengan tidur panjang, memiliki gangguan kesehatan paling parah, dimana terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin sekitar 27 persen, terutama pada sel otot dan hati.

Kedua sel ini berperan penting dalam metabolisme dan pengaturan kadar gula darah.

Baca juga: Masalah Sedunia, Susah Tidur Nyenyak tapi Tak Mau ke Dokter

“Tiga pilar terpenting untuk gaya hidup sehat adalah tidur, olahraga, dan makanan”, jelas Peter Liu, endokrinolog dari University of Chicago, yang melakukan studi terkait pola tidur secara terpisah.

“Anda tidak bisa menyarankan seseorang untuk makan makanan sehat selama hari kerja, namun bebas mengonsumsi jenis makanan apapun saat akhir pekan. Sepertinya prinsip tersebut juga berlaku untuk pola tidur”, tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com