KOMPAS.com - Kematian adalah salah satu misteri yang tidak bisa diprediksi oleh manusia. Tapi bagaimana jika ada benda yang bisa memprediksi kematian dini seseorang?
Tim peneliti media baru saja membuat kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang bisa memprediksi kematian dini.
Para ilmuwan kemudian melatih sistem AI tersebut untuk mengevaluasi satu dekade data kesehatan umum yang diajukan lebih dari setengah juta orang di Inggris.
AI tersebut diminta memprediksi apakah individu berisiko meninggal sebelum waktunya atau lebih cepat dari harapan hidup rata-rata.
Baca juga: Bill Gates Sebut AI Berbahaya dan Menjanjikan seperti Nuklir
Hasilnya, prediksi kematian dini akibat penyakit kronis yang dibuat oleh algoritma AI secara signifikan lebih akurat dibanding prediksi dari pembelajaran mesin. Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam edisi khusus jurnal PLOS ONE.
Merangkum dari Inverse, Rabu (27/03/2019), algoritma buatan Stephen Weng, profesor epidemiologi dan ilmu data di Universitas Nottingham, itu memiliki tingkat keakuratan 79 persen.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan dua sistem pembelajaran lain, yaitu algoritma standar (model Cox) dan AI "hutan acak".
Ketiga model itu menentukan bahwa faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, riwayat merokok dan diagnosis kanker sebelumnya adalah variabel teratas untuk menilai kemungkinan kematian dini seseorang.
Dilansir dari Live Science, Rabu (27/03/2019), ketiganya memiliki faktor kunci penentu yang berbeda. Model Cox misalnya, sangat bergantung pada etnis dan aktivitas fisik.
Sedangkan model "hutan acak" menekankan pada presentasi lemak tubuh, lingkar pinggang, makanan yang dikonsumsi, dan warna kulit. Sebaliknya, AI buatan Weng memiliki faktor penentu paparan terhadap bahaya terkait pekerjaan dan polusi udara, asupan alkohol dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Ketika semuanya dianalisis, dihasilkan keakuratan model Cox 44 persen, model "hutan acak" 64 persen, dan AI milik Weng 79 persen.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya ahli memanfaatkan kemampuan prediksi AI untuk melakukan perawatan kesehatan. Pada 2017 lalu, peneliti lain menemukan bahwa AI bisa membantu mengenali tanda awal Alzheimer.
Studi lain juga menemukan bahwa AI bisa memprediksi risiko autisme pada bayi berusia 6 bulan.
Baca juga: Universitas China Pakai AI untuk Cek Kehadiran, Tak Bisa Titip Absen
Meski angka keakuratannya cukup tinggi, tapi profesor perawatan primer PBB Joe Kai mengingatkan pentingnya untuk berhati-hati dalam menyikapi hasil AI ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.