Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pascatsunami Selat Sunda, BMKG Pasang Sensor "Water Level" di Lampung

Kompas.com - 03/01/2019, 12:27 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Mengawali tahun 2019, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memasang alat ukur ketinggian air atau water level di dermaga Pulau Sebesi, Lampung Selatan. Dalam pemasangan ini, BMKG tak sendirian, mereka didukung oleh TNI AL.

"BMKG dibantu dan difasilitasi transportasi KRI Torani yang di miliki oleh TNI AL dalam memasang alat sensor water level di pulau yang dekat dengan gunung anak Krakatau," ujar Deputi Bidang Instrumentasi,Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi Widada Sulistya.

Sebelum di Lampung, BMKG telah memasang sensor semacam ini di wilayah Labuhan Banten pada 24 Desember 2018. Tepatnya, alat tersebut berada di PLTU Labuhan, Banten.

"Alat ini telah dipasang di pulau dekat Gunung Anak Krakatau tersebut untuk memantau ketinggian air sekaligus sebagai data dalam menentukan peringatan dini bila terjadi gelombang tsunami di Selat Sunda karena gempa tektonik maupun vulkanik," imbuh Widada.

Baca juga: Menimbang Underwater Wireless Sensor Network, Sistem Peringatan Dini untuk Tsunami

Cara Kerjanya...

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (03/01/2019), alat tersebut mengunakan sensor berupa tipe ultrasonik yang menghitung seberapa kecepatan dari obyek yang di lepaskan (berupa sinyal frekuensi).

Sensor tersebut bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut.

Lebih lanjut, Widada menjelaskan bahwa data perekaman dari sensor water level akan dikirimkan langsung ke server BMKG. Interval update data dari sistem ini adalah setiap 1 menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut.

Pemasangan sensor ini, menurut Widada, digunakan pada Automatic Weather Stations (AWS) di 24 stasiun meteorologi Maritim BMKG seluruh Indonesia. Fungsinya adalah untuk mengukur ketinggian air di daerah sekitar pelabuhan.

Widada mengutarakan, dari lokasi pengamatan akan didapat data atau nilai yang akan otomatis dikirim ke server milik BMKG. Data yang masuk lalu diolah menjadi produk dalam bentuk grafik.

Dari sinilah, terlihat jenis gelombang, apakah gelombang pasang surut atau gelombang yang lain.

Membedakan Jenis Gelombang

Widada menjelaskan, grafik akan terlihat berbeda ketika menggambarkan gelombang pasang surut dengan gelombang tsunami. Perbedaan ini akan terlihat karena gelombang tsunami akan terlihat lebih signifikan di bandingkan gelombang pasang surut biasa.

Ada beberapa syarat untuk memasang alat ini, yaitu harus bisa menentukan batas minimal yang dapat di deteksi oleh sensor dalam kondisi air yang tidak boleh kering.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Buoy, dari Navigasi Jadi Deteksi Tsunami

Pemasangan alat di Lampung dan Banten ini disiapkan setelah terjadinya tsunami Selat Sunda yang diakibatkan oleh aktivitas gunung Krakatau.

Sejauh ini, BMKG memiliki 26 alat sensor water level yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Selain di Lampung dan Banten, alat ini diharapkan juga bisa bermanfaat dan berdampak di Tanjung Balai Karimun tempat bersandar nya kapal kapal cepat dari Batam.

"Disana kami mempunyai AWS pelabuhan/maritim, untuk mengukur ketinggian air supaya bisa memutuskan kapal untuk bersandar di mana," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com