KOMPAS.com - Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Sragen kian tinggi. Jika pada tahun 2017 jumlah AKI mencapai 10 kasus, pada 2018 justru meningkat menjadi 14 padahal bulan Desember belum berakhir.
Bupati Sragen Kusnidar Untung Yuni Sukowati menyebut bahwa tingginya AKI tahun ini bukan lantaran pemerintah gagal memberi edukasi pada masyarakat.
Fenomena ini terbukti bahwa ibu yang meninggal bukan pada fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat I.
"Ibu meninggal sudah pada Faskes tingkat II, itu berarti di unit pelayanan medis lebih komplet dan dokter spesialis sudah ada," ungkap Yuni ditemui di sela Kunjungan Duta Kontrasepsi Oral, Senin (10/12/2018).
"Sehingga terjadi pergeseran. Kalau dulu AKI di sebuah daerah berkorelasi dengan angka kemiskinan, sekarang lebih kepada kondisi penyakit yang menyertai ibu hamil," tegasnya.
Beberapa penyakit yang menyertai ibu hamil tersebut adalah darah tinggi, eklamsi (serangan kejang), kanker, infeksi, jantung, dan lain sebagainya.
Baca juga: Perkawinan Usia Anak Memperbesar Risiko Kematian Ibu Muda
"Sehingga pada 2017 mencapai angka 10, kami sudah melakukan beberapa hal untuk mencegah itu (kematian ibu)," tutur Yuni.
"Menggerlorakan lagi Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (Jateng Bergembira Memantau Ibu Hamil), semua kader kesehatan harus siaga," sambungnya.
Yuni juga menjelaskan, dirinya membuat regulasi terkait bidan desa.
"Bidan desa harus tinggal di desa. Jika kedapatan bidan desa tidak tinggal di desa tunggu tanggal mainnya," ucap Yuni sambil bercanda.
Selain itu, pihak pemerintah kabupaten Sragen juga melakukan pelatihan terhadap kader Risti (Risiko Tinggi).
"Melatih 200 kader Risti se-kawedanan Sragen," kata Yuni.
"Kader Risti adalah kader yang mengerti betul tentang ibu dengan risiko tinggi. (Pelatihan ini) supaya mereka mempunyai pandangan yang sama dengan kami (pemerintah Kabupaten Sragen)," imbuhnya.
Perempuan bergelar dokter ini pun menceritakan bahwa ada sebuah desa yang turut berperan aktif dalam menjaga ibu dengan status Risti.
"Kalau ada ibu Risti di rumah ini, itu ada stikernya. Jadi semua orang aware bahwa di sini ada ibu hamil dengan risiko tinggi itu tanggung jawab wong sakdeso (seluruh desa)," kisahnya.
Yuni juga cukup aktif menanyakan jumlah ibu hamil ke setiap lurah yang dia temui.
"Awal-awal mereka (lurah) tertawa," ujar Yuni.
Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Tinggi, Riset Ungkap Sebabnya
"Kemudian ketika memiliki pemahaman yang sama, semua lurah memberikan report yang sama, termasuk jumlah ibu hamil," tambahnya.
Lebih lanjut, Yuni juga menuturkan Pemkab Sragen sedang membuat sistem pelaporan ibu hamil. Rencananya, sistem ini akan aktif pada akhir 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.