Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ciptakan Alat yang Bisa Menangkap Air dari Udara Tanpa Listrik

Kompas.com - 11/12/2018, 18:35 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kebanyakan orang memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari air di dalam aliran tanah yang kemudian dibentuk menjadi sumur. Ada juga yang memperoleh air dari aliran sungai atau pun danau di sekitar mereka tinggal.

Namun, tahukah Anda bahwa ada 13 triliun ton uap air yang terbang di udara sekitar kita?

Melalui fakta tersebut, sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) di Arab Saudi berhasil menciptakan alat yang dapat mengubah uap air di udara menjadi air yang kita butuhkan.

Kunci dari prototipe alat ini adalah senyawa kimia kalsium klorida yang murah, stabil, ramah lingkungan, dan tidak beracun. Kalsium klorida adalah zat yang sangat baik dalam menyerap air yang ada di udara atau proses yang kita kenal dengan higroskopi.

Baca juga: Perhatikan, Ini 9 Tanda Anda Keracunan Air

Para peneliti juga mengembangan sistem penyimpanan kalsium klorida dalam bentuk hidrogel supaya tetap dapat menampung air dengan mempertahankan bentuk padatnya.

Lalu, mereka juga menggunakan cahaya untuk mengembalikan hampir 100 persen dari proses higroskopi yang berubah menjadi gel dengan menambahkan beberapa nanotube karbon kecil untuk melepaskan air.

Dilansir dari Science Alert pada Selasa (04/11/2018), dalam praktik yang dilakukan pada malam hari, 35 gram hidrogel mampu mendapatkan 37 gram air dengan kelembapan relatif sekitar 60 persen. Pada siang hari, dengan paparan matahari selama 2,5 jam, hidrogel ini mampu menyerap 20 gram air yang dikumpulkan dalam perangkat dan siap untuk diminum.

Seiring dengan biaya rendah dan hasil air yang tinggi, perangkat ini memiliki keuntungan bekerja dengan baik bahkan di daerah dengan kelembaban yang relatif rendah bahkan kering.

Baca juga: Dari Kulit sampai Anus, 3 Cara Hewan Bernapas dalam Air

Para peneliti juga berkata bahwa alat ini tidak memerlukan listrik untuk beroperasi, yang berarti ia dapat digunakan bahkan di bagian terpencil di dunia.

“Kelangkaan air adalah salah satu masalah paling menantang yang mengancam kehidupan umat manusia. Teknologi ini memberikan solusi yang menjanjikan untuk produksi air bersih di daerah-daerah terpencil yang kesulitan air,” ungkap Renyuan Li, seorang mahasiswa PhD yang juga terlibat dalam penelitian seperti yang dikutip dari IFL Science pada Rabu (05/11/2018).

Air di bumi memang sangat banyak. Hampir 97 persen permukaan bumi merupakan air. Namun, di antara persentase yang besar tersebut, hanya 2 persen air yang tidak mengandung garam atau air yang dapat dikonsumsi. Artinya, temuan ini mungkin akan menjawab tantangan dari pelbagai kesulitan air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com