Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Teka-teki Garis Tiga pada Badan Nemo Akhirnya Terpecahkan

Kompas.com - 10/12/2018, 19:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Pauline Salis, Bruno Frédérich, dan Vincent Laudet

IKAN yang hidup di terumbu karang dikenal karena keanekaragaman warna dan pola mereka yang selalu mengejutkan.

Contohnya, ikan copperband butterfly (Chelmon rostratus) yang memiliki “mata hitam” di badannya, ikan blue tang (Paracanthurus hepatus) dan ikan jenis Picasso Triggerfish (Rhinecanthus aculeatus), yang namanya diambil dari pola warna-warni terang pada sisi badannya.

 

Berbagai ikan karang yang mempesona. Di sebelah kiri ada ikan copperband buttlerfly, di kanan ada Picasso triggerfish.J.E. RandallAuthor provided

Salah satu contoh ikan karang paling terkenal adalah ikan badut, yaitu jenis ikan yang membintangi film animasi Pixar Finding Nemo pada tahun 2003. Ikan kecil yang hidup bersimbiosis dengan anemon laut ini, mudah dikenali berkat warna tubuhnya yang jingga terang dengan garis-garis putih lebar.

Meskipun ikan karang sangat digemari dan didistribusikan secara luas, kita belum dapat memahami mengapa mereka memiliki beragam bentuk warna dan pola. Lebih tepatnya, bagaimanakah pola-pola tersebut terbentuk dan apa sebenarnya peran warna?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tim peneliti dari Observatorium Banyuls-sur-Mer (Prancis) dan University of Liège (Belgia), memutuskan untuk mempelajari ikan badut dan para saudaranya. Penelitian tersebut telah diterbitkan dalam edisi September 2018 jurnal BMC Biology.

Nemo, atau Amphiprion ocellaris, termasuk ke dalam kelompok ikan badut yang terdiri dari 30 spesies. Pola warna tubuh mereka ditandai dengan kombinasi warna kuning, jingga, coklat atau hitam dengan garis-garis putih vertikal yang terdiri dari sel-sel pemantul cahaya yang disebut iridophores.

Selain karakteristik fisik lainnya, spesies ikan badut dapat dibedakan dari jumlah garis putih vertikal yang mereka miliki. Ada beberapa spesies yang tidak memiliki garis sama sekali (Amphiprion ephippium), bergaris satu (Amphiprion frenatus) atau hanya bergaris dua (Amphiprion sebae). Amphiprion ocellaris, atau Nemo yang terkenal, bergaris tiga.

Apa yang dapat menjelaskan perbedaan dalam jumlah garis-garis putih antar spesies tersebut?

 

Empat ikan badut yang berbeda untuk menggambarkan pola-pola warna spesies tersebut. Dari atas ke bawah: Amphiprion ephippium, Amphiprion frenatus, Amphiprion bicinctus dan Amphiprion ocellaris. J.E. Randall, CC BY

Mari menghitung garis pada ikan badut

Untuk memahami mekanisme yang membentuk keragaman pola-pola, kami mengelompokkan setiap spesies ikan badut sesuai dengan jumlah garis vertikal yang mereka miliki.

Analisis genetika yang terkait dengan sejarah evolusi ikan badut mengungkapkan bahwa leluhur mereka semua memiliki tiga garis putih, dan selama beberapa periode, keturunan-keturunan ikan badut mulai kehilangan garis ekor, lalu garis badan dan akhirnya garis kepala, sehingga memungkinkan 3 kombinasi warna yang berbeda:

  • tiga garis (kepala, badan dan ekor)
  • dua garis (kepala dan badan)
  • satu garis (kepala)
  • tanpa garis.

Dengan melihat pola-pola yang berkembang pada ikan badut, jelas bahwa keragaman pola-pola tersebut terbatas: meskipun ada empat kombinasi pola warna, mekanisme biologis tidak memungkinkan suatu spesies untuk mendapatkan variasi pola lain–misalnya, satu garis di ekor.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com