KOMPAS.com – Di alam, bentuk kubus sangatlah langka. Namun, wombat (Vombatus ursinus tasmaniensis) dapat dengan mudah memproduksi kotorannya dalam bentuk kubus.
Bahkan dalam semalam, seekor wombat bisa menghasilkan 80 hingga 100 kotoran kubus yang digunakannya untuk menandai teritori, berkomunikasi, dan menarik pasangannya. Bentuk kotoran yang memiliki enam sisi ini membuatnya bisa ditumpuk dan tidak menggelinding ketika diletakkan pada batu atau batang kayu.
Bentuk kotoran yang tidak biasa ini membuat banyak peneliti kebingungan. Hingga akhirnya, sebuah tim peneliti yang terdiri dari insinyur mekanik Amerika Serikat dan pakar biologi Australia mengklaim telah memecahkannya.
Peeliti utama studi yang seorang peneliti postdoctoral yang mempelajari hidrodinamika cairan dalam tubuh hewan di Georgia Institute of Technology, Patricia Yang, terdorong untuk melakukan penelitian ini setelah menemukan foto-foto kotoran wombat yang berbentuk kubus di internet.
Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Kotoran Telinga Bentuknya Berbeda-beda?
“Hal pertama yang mendorong saya untuk melakukan ini adalah karena saya tidak pernah melihat hal seaneh ini dalam biologi. Ini (kotoran wombat) adalah sebuah misteri,” ujarnya.
Yang pun menduga bahwa wombat mungkin memiliki struktur jaringan lunak yang unik untuk menghasilkan kotoran semacam itu. Bersama koleganya, dia mempelajari saluran pencernaan wombat yang telah dimatikan setelah tertabrak kendaraan di Tasmania, Australia.
Rupanya, dugaan Yang benar. Usus wombat memiliki elastisitas yang berbeda-beda untuk setiap bagiannya. Pada akhir usus, feses bisa berubah dari bentuk cairan menjadi padat yang terdiri dari kubus-kubus kecil.
Wombat poo is cube shaped so they can mark their territory with it but no one knows how they make their poo square #advancedwombattechnology pic.twitter.com/fIvMhyRoWS
— Diana S. Fleischman (@sentientist) November 3, 2016
Temuan ini, ujar Yang, tidak hanya meningkatkan pemahaman kita akan transportasi jaringan lunak, tetapi juga memiliki implikasi besar untuk manufaktur.
“Pada saat ini, kita hanya memiliki dua metode untuk membuat bentuk kubus: Kita bisa membentuknya, atau memotongnya menjadi bentuk kubus. Kini, kita punya metode ketiga. Ini adalah metode yang sangat keren untuk diaplikasikan dalam proses manufaktur – bagaimana membuat kubus dengan jaringan lunak dan bukan membentuknya,” katanya.
Temuan Yang dan kolega akan dipresentasikan dalam pertemuan American Physical Society’s Division of Fluid Dynamics tahun ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.