Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Alasan Reaksi Alergi Muncul dengan Cepat dan Menyakitkan

Kompas.com - 12/11/2018, 19:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Alergi bisa mematikan. Meski hal ini dimiliki banyak orang, para ahli sebenarnya belum begitu memahami mengapa hal ini dapat memicu serangan anafilaksis, reaksi menakutkan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian.

Setelah beragam uji coba, akhirnya para ahli dari Duke University sudah semakin dekat untuk memahami teka-teki reaksi alergi tersebut.

Dalam temuan yang terbit di jurnal Science, Jumat (9/11/2018), ahli menuliskan bahwa alergi muncul ketika sistem kekebalan tubuh keliru mengidentifikasi zat tertentu seperti kacang-kacangan, kerang, dan sebagainya sebagai suatu zat berbahaya. Sistem imun kemudian segera melawannya dan justru berpotensi memicu anafilaksis.

Anafilaksis sangat berbahaya dan menjadi hal yang paling serius dari semua reaksi alergi. Hanya dalam hitungan menit, sistem kekebalan tubuh dapat bereaksi dan membuat pembengkakan pada wajah, jantung berdebar, ruam dan gatal, sampai susah bernapas.

Baca juga: Studi: Anak-anak dengan Autisme Lebih Rentan Derita Alergi

Dalam alergi, salah satu jenis sel imun yang disebut sel mast memainkan peran penting dalam anafilaksis. Saat alergen terdeteksi, sel-sel ini melepaskan molekul inflamasi seperti histamin sebagai mekanisme pertahanan tubuh.

Namun hingga saat ini bagaimana persisnya kehadiran alergen berkomunikasi di antara sel mast masih misterius. Namun, ilmuwan Duke University akhirnya menemukan bahwa salah satu sel kekebalan yang disebut sel dendritik juga berperan dalam anafilaksis.

"Temuan utama kami, sel dendritik merupakan pemain kunci dalam mengembangkan alergi sekaligus memicu serangan anafilaksis," ujar imunolog dan penulis senior Soman N. Abraham dari Duke University, dilansir Science Alert, Sabtu (10/11/2018).

Hal tersebut diketahui setelah mereka melakukan uji coba pada tikus. Abraham dan timnya menurunkan tingkat berbagai jenis sel kekebalan tubuh tikus, kemudian menyuntikkannya dengan racun untuk menginduksi anafilaksis.

Mereka menemukan, sel mast tidak mampu mengangkat alergen sendirian. Selanjutnya, ketika sel dendritik berkurang, tikus tidak mengalami gejala anafilaksis.

Saat mereka mengamati lebih dekat dengan mikroskop dua foton, para ahli menemukan sel dendritik beraksi. Ketika sel dendritik berada di permukaan luar pembuluh darah, mereka menggunakan dendritnya untuk menembus dinding sel, mencari zat yang menyerang.

Setelah mendeteksi alergen, mereka mengkomunikasikan keberadaannya ke sel mast di sekitarnya dengan cara unik. Sel-sel dendritik ini memancing alergen keluar dari pembuluh darah, kemudian mengirimkannya melalui gelembung-gelembung kecil yang disebut microvesicles, yang berasal dari permukaan sel dendritik.

"Selain kapasitas mereka untuk menginternalisasi, memproses, dan menyajikan antigen ke sel kekebalan, sel dendritik sekarang diketahui secara aktif mendistribusikan antigen yang mereka peroleh ke sel-sel kekebalan sekitarnya bahkan sebelum mereka diinternalisasi," kata ahli imunologi Duke University, Hae Woong Choi.

Metode ini menyebarkan informasi jauh lebih cepat, dan ke sejumlah besar sel. Dan ketika mereka menerima microvesicles, sel mast akan beraksi mengisi aliran darah dengan histamin dan mediator inflamasi lainnya, kemudian menciptakan syok anafilaksis.

Baca juga: Mengapa Ada Orang Alergi pada Suhu Dingin?

Namun, para ahli belum mengetahui apakah hal ini juga berlaku pada manusia.

Meski masih banyak yang harus dipelajari, terutama untuk manusia, setidaknya studi ini dapat membantu mengembangkan cara baru untuk mencegah anafilaksis.

"Meski merugikan dalam konteks alergen, fungsi ini mungkin diperlukan untuk melawan penyakit tertentu dan dapat bermanfaat untuk kita," kata Abraham.

"Mungkin sel dendritik ini dirancang untuk mendeteksi parasit, virus, atau bakteri yang ditularkan melalui darah, jadi kita perlu memahami keadaan lain yang mengaktifkan mereka sebelum berencana untuk membunuh atau menghambat aktivitas mereka," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com