Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Ini Bukti Keberadaan Moyang Manusia Paling Awal di Arab Saudi

Kompas.com - 01/11/2018, 08:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of New South Wales Sydney, Australia menemukan bukti tentang moyang manusia atau hominin paling awal di Semenanjung Arab.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology and Evolution tersebut menunjukkan bahwa penyebaran hominin awal di luar Afrika tidak harus beradaptasi dengan lingkungan ekstrem seperti gurun yang gersang.

Hasil ini didapatkan para peneliti setelah melakukan pembaruan penggalian arkeologi dan analisis fosil fauna di situs Ti's al Ghadah, di Gurun Nefud, Arab Saudi utara.

Mereka menemukan peralatan batu dan fosil potongan hewan yang mengindikasikan adanya nenek moyang kita pada 500.000 hingga 300.000 tahun lalu.

Temuan peralatan dan sisa-sisa potongan hewan ini menunjukkan bahwa hominin telah ada di Arab Saudi 100.000 tahun lebih awal dari yang diketahui sebelumnya.

"Ti's al Ghadah adalah salah satu situs palaentologi paling penting di Semenanjung Arab," ungkap Mathew Stewart, pemimpin penelitian ini dikutip dari laman resmi UNSW, Selasa (30/10/2018).

"Situs itu saat ini satu-satunya yang merepresentasikan fosil dari periode Pleistosen Tengah di bagian dunia ini, termasuk hewan seperti gajah, jaguar, dan burung air," imbuh kandidat PhD dari UNSW itu.

Hingga kini, kehadiran peralatan batu selalu dianggap mengkaitkan hewan-hewan purba dengan keberadaan hominin.

"Penemuan kami membuat Ti's al Ghadah sebagai fosil yang diasosiasikan sebagai bukti awal dari hominin di Jazirah Arab, menunjukkan bahwa leluhur kita mengeksploitasi berbagai hewan saat mereka memasuki wilayah yang lebih hijau," kata Michael Petraglia, arkeolog utama proyek ini.

Baca juga: Kontroversi Fosil Tertua di Dunia, Kini Diduga Cuma Batu Kuno

"Terlepas dari posisi gerografinya yang krusial di persimpangan antara Afrika dan Eurasia, Semenanjung Arab telah sering menjadi bahan diskusi tentang ekspansi awal hingga kini," kata Sterwart.

Analisis isotop stabil dari fosil hewan di situs tersebut mengungkapkan, Jazirah Arab didominasi oleh vegetasi padang rumput pada titik-titik tertentu di masa lalu dengan tingkat kegersangan serupa dengan yang ditemukan dalam pengaturan savana terbuka di Afrika timur saat ini.

Ini menunjukkan bahwa penyebaran awal nenek moyang kuno kita adalah bagian dari perluasan jangkauan daripada hasil adaptasi baru terhadap konteks lingkungan baru di luar Afrika.

Penulis utama laporan tersebut, Dr Patrick Roberts dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia mengatakan, "Sementara populasi hominin awal ini mungkin telah memiliki kapasitas budaya yang signifikan, gerakan mereka ke bagian dunia ini tidak akan membutuhkan adaptasi terhadap padang pasir yang keras dan gersang."

"Memang, bukti isotop menunjukkan bahwa ekspansi ini lebih khas dari perluasan jangkauan yang mirip dengan yang terlihat di antara mamalia lain yang bergerak di antara Afrika, Levant, dan Eurasia saat ini," tambahnya.

Para peneliti ini juga mendorong adanya studi lanjutan untuk menyelidiki lingkungan di Semenanjung Arab di masa lalu untuk melihat berbagai bentuk hominin di masa lalu.

Tujuannya, untuk mengetahui apakah spesies kita secara unik fleksibel dalam hal adaptasinya dengan lingkungan yang bervariasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com