Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Singgah, Opsi Bagi Pasien Luar Kota yang Perlu Menginap

Kompas.com - 10/10/2018, 20:36 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menjalani pengobatan kanker, hampir dapat dipastikan bahwa pasien harus menginap. Dengan belum meratanya fasilitas dan terbatasnya kamar di rumah sakit yang dirujuk, pasien yang berasal dari luar kota atau luar pulau perlu mencari penginapan dan mengeluarkan biaya tambahan untuk menuntaskan pengobatan di kota-kota besar.

Hal inilah yang mendasari dibentuknya rumah singgah, rumah penginapan bagi pasien dari daerah yang kesulitan dalam penginapan di tengah kewajiban pengobatan.

“Rumah Singah Peduli itu berawal dari ide teman-teman keluarga pasien yang merawat orangtuanya sendiri di RS Dharmais," ujar Hendi Iduan, bagian hubungan masyarakat dari Rumah Singgah Peduli.

Dia melanjutkan, jadi, mereka merawat orangtuanya tapi tidak punya tempat tinggal. Terpaksa mereka harus tinggal di selasar rumah sakit atau di pos satpam. Dari sini, kita berinisiatif untuk membuat rumah singgah untuk mereka.

Baca juga: Rumah Singgah Ringankan Beban Pasien Kanker

“Misal mereka dirujuk dari Jambi atau dari tempat lain yang jauh, mereka harus punya tempat tinggal di daerah rumah sakit rujukannya. Tapi kos mahal, sedangkan kondisi ekonomi mereka belum tentu bisa menyewa kos atau penginapan. Nah, kita fasilitasi di sini,” tambahnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (10/10/2018).

Rumah ini tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, dan Palembang. Tidak hanya soal penginapan, rumah singgah juga memberikan fasilitas lain secara cuma-cuma.

“Kita kasih mereka tempat tinggal, makan, dan kita dampingi mereka ke rumah sakit. Jadi kita punya relawan untuk mendampingi mereka ke rumah sakit, kita edukasi, bagaimana di rumah sakit? Bagaimana pengobatannya? Bagaimana alurnya daftar ke rumah sakit? Biar mereka paham dulu, baru kita lepas,” jelas Hendi.

Pendampingan semacam itu dirasa Hendi sangat penting untuk menghadapi kondisi rumah sakit saat ini.

Baca juga: Syarat Tinggal di Rumah Singgah Kanker Payudara

Menurut Hendi, sistem birokrasi yang rumit di rumah sakit menyebabkan banyak pasien yang urung untuk melakukan pengobatan dan kembali pulang dengan penyakitnya.

Tidak hanya itu, Rumah Singgah Peduli juga memberikan layanan ambulans untuk menjemput dan mengantar pasien. Baik dijemput dari kota asal mereka, maupun bagi pasien yang sudah menginap di rumah singgah, tetapi mengalami keadaan darurat sehingga perlu segera mendapatkan penanganan ahli.

“Ambulans Rumah Singgah Peduli namanya. Sampai yang misalkan ada pasien daerah yang pendek umur, kita antar juga dengan ambulans kita,” katanya.

Untuk dapat menggunakan fasilitas ini secara cuma-cuma pun, syaratnya terbilang mudah.

Baca juga: Rumah Singgah Kanker Payudara Mudahkan Pasien Berobat ke RS

“Pasien yang BPJS-nya kelas 3, lalu profil kelarganya tidak mampu. Lalu pasien yang berpenyakit tidak menular. Jika memang menular, kita upayakan edukasi dan sarankan tempat lain. Hanya saja tetap kita berikan pendampingan. Sederhana sekali syaratnya,” jelas Hendi.

Namun demikian, tetap ada hambatan dan kekurangan dalam Rumah Singgah Peduli. Diakui Hendi, jumlah kasur untuk pasien tidak begitu banyak.

Rumah Singgah Peduli yang Kompas.com temui di Jl. Katalia II No. 12, Jakarta Barat, misalnya, hanya cukup untuk menampung 18 individu di dalamnya.

Selain itu, status dari Rumah Singgah Peduli yang ada di seluruh Indonesia masih berstatus sewa.

“Harapan kami bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas daya tampung rumah singgah. Kalau bisa kita punya rumah singgah sendiri, bukan yang sewa seperti sekarang. Karena untuk sewa saja, kita butuh paling tidak Rp 497 juta untuk tujuh rumah singgah di Indonesia,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com