KOMPAS.com – Jumat lalu (28/09/2018), gempa bumi bermagnitudo 7,4 melanda Sulawesi Tengah, menimbulkan tsunami yang menewaskan sekitar 832 jiwa.
Hantaman tsunami tersebut menambah keterpurukan warga Teluk Palu yang selama ini sudah terpinggirkan oleh proyek reklamasi.
Susan Herawati, Sekretaris Jenderal dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), mengatakan, Teluk Palu, Pantai Talise, dan Donggala adalah area reklamasi yang telah jadi.
Tiga daerah itu direklamasi untuk mengembangkan pusat perbelanjaan dan hotel, merugikan warga sekitarnya.
“Reklamasi Palu, Talise, dan Donggala menyebabkan banyak nelayan yang kehilangan akses ke fishing ground mereka, jelas Susan.
Banyak nelayan yang alih profesi. Setidaknya, setiap hari ada satu hingga dua orang yang beralih profesi menjadi buruh bangunan akibat dari reklamasi.
Susan menambahkan, penggalian dan pengurugan saat reklamasi juga merusak ekosistem pesisir dan laut.
"Pesisir juga menjadi rusak, terumbu karang rusak, dan hasil tangkapan turun hingga 50 persen,” imbuhnya.
Menurutnya, akan lebih baik jika lahan reklamasi tersebut digunakan untuk hutan mangrove sehingga bisa mengikis kerentanan tsunami.
Pascagempa dan tsunami ini, wilayah Sulawesi Tengah perlu merencanakan pembangunan yang berwawasan kebencanaan.
Anton Wijonarno, Manager Konsevasi Kawasan Laut WWF Indonesia mengatakan, warga Sulawesi Tengah perlu beradaptasi dengan bencana yang mengintainya.
“Tiga ekosistem di wilayah pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang, di satu sisi adalah rumah bagi banyak biota laut. Tapi di sisi lain, ini bisa menjadi penahan abrasi dan barrier terhadap gelombang air laut jadi ada kemungkinan untuk dapat meminimalisir dampak tsunami,” ujar Anton ketika dihubungi Kompas.com, Senin (1/10/2018).
Magnrove memang tidak bisa 100 persen melindungi tetapi terbukti mengurangi keparahan dampak.
“Bercermin pada tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004, disana kan ada mangrove, dan memang wilayah yang mangrovenya lebih tebal kerusakan fisik di belakang mangrove tidak separah daerah yang tidak memiliki mangrove,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.