Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Google Bikin Manusia Jadi Makin Bodoh? Begini Kata Ahli

Kompas.com - 16/09/2018, 12:37 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Ketika ingin mengetahui suatu hal, sekarang banyak orang tidak perlu lagi membuka buku atau bertanya pada orang di sekitarnya. Mereka cukup mencari tahu menggunakan mesin pencari google.

Hal ini bahkan membuat banyak orang Indonesia menyebut mesin pencari tersebut dengan istilah "mbah google".

Meski mempermudah banyak orang mendapatkan informasi, ada ketakutan bahwa laman pencari ini bisa membuat manusia lebih bodoh. Tapi, benarkah demikian?

Dilansir dari laman Deutsche Welle Indonesia, Sabtu (15/09/2018), ahli saraf dari Cardiff Dean Burnett mengatakan pendapat tersebut tidak tepat.

"Tidak, saya tidak bisa melihat bagaimana ini bisa terjadi. Argumen utama yang saya lihat mendukung pendapat ini adalah kita biasanya mampu mengingat esai panjang atau puisi dan melafalkannya dengan mudah, karena inilah yang diajarkan di sekolah," ungkap Burnett.

"Tetapi kemampuan untuk mengingat teks yang panjang bukanlah tanda kecerdasan, dan jika tidak mampu melakukannya tidak berarti Anda 'bodoh'," imbuhnya.

Burnett juga menjelaskan, intelegensi memiliki banyak faktor budaya dan genetik serta pada bagaimana Anda menggunakan informasi. Artinya, bukan seberapa baik Anda mengingat informasi tersebut.

"Google memberi kita lebih banyak informasi dari sebelumnya. Jadi ada argumen bahwa justru membuat kita lebih pintar, memberi kita lebih banyak informasi dan membuat otak kita bekerja untuk memprosesnya," ujar Burnett.

Baca juga: Lewat Google, Misteri Sumber Gas Terlarang CFC-11 Terpecahkan

Perhatian Manusia

Selain dikhawatirkan membuat manusia lebih bodoh, google juga banyak diperkirakan bisa mempengaruhi perhatian manusia. Salah satu alasannya adalah manusia lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar.

Namun Burnett mengatakan, google belum eksis cukup lama untuk 'mengembangkan' respons neurologis terhadapnya. Ini berarti sistem perhatian manusia masih pada tingkat neurofisiologis yang sama.

"Tetapi tampaknya benar bahwa kini banyak orang tidak menghabiskan waktu lama dengan berfokus pada sesuatu seperti dulu," tegas Burnett.

Dia menjelaskan, otak manusia biasanya mengutamakan kebaruan daripada tingkat kedekatan ketika berhubungan dengan stimulasi dan kegiatan yang menyenangkan.

"Google memungkinkan Anda untuk mengakses hal-hal baru yang hampir tak terbatas dengan satu sentuhan tombol, sehingga orang jauh lebih tergoda daripada sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baik daripada berkonsentrasi pada apa yang di depan mereka," ujarnya.
"Secara teknis Anda dapat menerapkan ini ke banyak situs internet lainnya, seperti Facebook dan Twitter, bukan hanya Google," sambung Burnett.

Cara Otak Mengatasinya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com