Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Alam sebagai Tolak Ukur Polusi, Kok Bisa?

Kompas.com - 29/07/2018, 19:00 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena alam seperti gerhana Bulan total kemarin tidak hanya menyajikan kecantikan dari warna merah pada satelit Bumi tersebut.

Ironisnya, dibalik kecantikan merah Bulan, ada peran polutan di belakangnya.

“Dengan gerhana bulan kita bisa tahu tingkat polusi. Semakin warnanya merah justru menunjukkan semakin banyak polutannya,” ujar Widya Sawitar, Staf Pertunjukan Planetarium, saat kegiatan peliputan gerhana bulan di Taman Ismail Marzuki, Sabtu, (28/07/2018).

Sebenarnya gerhana Bulan memang berwarna merah. Namun, Widya menyebut, warna merah yang terlihat pada Bulan di Jakarta dan di daerah lain yang tidak ada industrinya pasti akan berbeda.

Perubahan warna pada Bulan ini, yang biasanya kuning atau putih menjadi merah, disebabkan oleh adanya bias cahaya Matahari oleh debu, polusi, uap, dan atmosfer Bumi.

Dengan semakin banyaknya material yang membiaskan cahaya, maka Bulan pun akan tampak lebih gelap dari biasanya.

Widya memberikan contoh lain fenomena alam yang begitu indah, namun dapat digunakan sebagai tolak ukur polusi udara: sunset.

Jika ingat beberapa waktu kebelakang, Jakarta seringkali disuguhi langit yang berwarna ungu, pink, dan orange.

Ketika dilihat memang tampak indah jika dilihat. Sayangnya, hal itu justru menunjukkan tingkat polusi yang tinggi.

“Kadang kita liat wanrnanya kadang orange kadang pink. (Fenomena ini) nakutin sebenarnya. Lebih karena polutan,” jelas Widya.

Baca juga: Foto: Penampakan Gerhana Bulan Total di Luar Angkasa dan Seluruh Dunia

Jika kita ingin melihat bagaimana polusi yang ada di Jakarta, ia menyarankan untuk pergi ke luar kota Jakarta pada pukul 5 – 6 sore dan mencari wilayah yang luas.

Singkat kata, dari situ kita akan melihat bagaimana Jakarta dikelilingi kerudung asap.

"Atau cara lain adalah, ketika kita take-off pesawat pada pukul matahari berada di waktu sunset," kata Widya.

"Kalau cahaya matahari jatuhnya tepat, bagus banget cahayanya. Keliatan bagus dari luar tapi sebenarnya bahaya yang ada di dalamnya," imbuhnya.

Padatnya polusi yang ada di daerah Jakarta selain menyebabkan gerhana Bulan terlihat lebih redup.

Polusi juga membuat fenomena lain yang diisukan akan muncul pada saat gerhana menjadi tidak terlihat, seperti hujan meteor Piscis Austrinids.

“Hujan meteor yang ditunggu oleh para warga memang tidak bisa dilihat dengan mata kosong, khususnya di Jakarta. Hal ini disebabkan oleh polusi cahaya dan polusi udara yang sudah memenuhi Jakarta,” tutup Widya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com