Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Asing Mirip SARS Ditemukan Bersembunyi pada Kelelawar Myanmar

Kompas.com - 13/07/2018, 18:27 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Kelelawar tak bisa dilepaskan dari ekosistem dunia. Hewan nokturnal ini bisa memberi banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Di lain hal, kelelawar juga bisa menjadi sarang penyakit mematikan.

Belum lama ini, para ilmuwan menemukan adanya virus yang belum pernah dilihat sebelumnya ada di dalam kelelawar.

Para ahli sedang mengupayakan berbagai hal untuk mencegah virus ini menyerang manusia.

Dalam pemberitaan Smithsonian via Newsweek, Kamis (12/7/2018), hasil dari program bernama PREDICT menemukan sesuatu yang meresahkan.

Baca juga: Berkaca Kasus Thailand, Manusia Tidak Dilahirkan untuk Selusur Goa

PREDICT yang merupakan bagian dari USAID atau Badan Pembangunan Internasional AS memiliki misi untuk mengidentifikasi penyakit pada hewan yang berisiko tinggi menjangkiti manusia.

Dokter hewan, ilmuwan, dan pakar keseharan dari berbagai kesehatan dunia bergabung dalam program ini untuk mencari cara menghentikan pandemik sebelum mulai menyebar.

Dalam penelitian mereka, tim menemukan virus asing pada kelelawar kerut Myanmar yang suka bertengger di dinding goa. Virus ini disebut satu keluarga dengan virus SARS dan MERS yang mematikan.

Pada umumnya, penyakit yang berasal dari hewan tidak dapat menginfeksi manusia. Namun faktanya, banyak penyakit dapat bermutasi dan akhirnya menyerang manusia.

Bahkan, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) AS menemukan, ada 70 persen penyakit baru yang mencelakakan manusia dalam beberapa dekade terakhir, dan itu berasal dari hewan. Misalnya, flu burung, flu babi, dan penyakit sapi gila.

Faktanya, kelelawar memang menyimpan virus penyakit yang bisa menyebar ke manusia, seperti rabies, ebola, dan flu.

Baca juga: Kelelawar Drakula Pengisap Darah, Bagaimana Bisa Hidup di Muka Bumi?

Meski begitu, kelelawar berperan penting dalam ekologi dan perekonomian manusia. Mereka membantu kita mengendalikan hama, memakan serangga pembawa penyakit, dan melakukan penyerbukan pada tanaman dan buah-buahan.

Menurut perkiraan, kelelawar membantu masyarakat AS berhemat lebih dari Rp 53 triliun per tahunnya, dalam bidang industri pertanian.

Selain kelelawar, PREDICT juga telah menemukan lebih dari 800 penyakit baru dalam populasi satwa liar, ternak, dan manusia.

Selain mengidentifikasi virus, tim akan memperhatikan pola migrasi kelelawar menggunakan GPS. Dengan mengetahui ke mana perginya kelelawar akan membantu kita mengetahui risiko yang mungkin ditimbulkan oleh virusnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com