Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Perlemakan yang Menyebabkan Penyakit Jantung Koroner

Kompas.com - 11/07/2018, 18:08 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Penyakit jantung koroner masih menjadi penyakit nomor satu penyebab kematian di seluruh dunia. Pasalnya, sering kali penyakit ini menyerang penderitanya secara tiba-tiba tanpa tanda khusus.

Penyakit jantung koroner sendiri disebabkan oleh perlemakan di dalam pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah menuju jantung.

“Perlemakan ini sudah tumbuh pada usia dini. Namun progesivitasnya yang berbeda," ujar dr. Johan Winata, Sp. JP (K), FIHA, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RSPI Pondok Puri Indah.

Dia melanjutkan, kecepatan progresivitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun, yang mau saya garis bawahi, ada satu komponen atau molekul yang sangat penting (dalam) timbulnya perlemakan pembuluh darah, yaitu lipoprotein densitas rendah atau LDL.

Baca juga: Bukti Baru, Lemah Syahwat Pertanda Gangguan Kesehatan Jantung

LDL adalah salah satu komponen dari kolesterol yang menjadi salah satu faktor kuat dalam progresivitas perlemakan pembuluh darah. Progresivitas LDL pada pria dan wanita, menurut Johan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah usia.

“(Pada) pria, dia akan mulai progress cepat setelah usia 40 tahun. Wanita progress-nya lebih lambat, yaitu setelah memasuki masa menopause karena hormon-hormon yang dikeluarkan dalam masa menstruasi cenderung protektif efeknya untuk jantung,” kata Johan.

Faktor lain yang memengaruhi progresivitas dari perlemakan pembuluh darah di antaranya: riwayat keluarga, diabetes, merokok, hipertensi, dan kolesterol.

Menurut Johan, tiga faktor pertama (riwayat keluarga, diabetes, dan merokok) saja bisa secara mandiri menyebabkan progresivitas perlemakan pembuluh darah menjadi sangat cepat.

Baca juga: Begini Cara Rokok Diam-diam Merusak Kesehatan Jantung Anda

70 persen orang dengan penyakit jantung koroner mengalami nyeri dada yang khas.

Nyeri dada yang timbul biasanya di belakang tulang dada atau lebih ke kiri sedikit. Dia bisa menjalar ke lengan kiri, bisa menembus ke belakang, dan bisa menjalar ke leher. Sensasinya beda-beda, ada yang seperti di tusuk-tusuk, ada yang seperti ditimpa benda berat, ada yang seperti diremas-remas, ada yang seperti dibakar.” Jelasnya.

Tanda dari adanya perlemakan pada pembuluh darah biasanya terlihat ketika kita sedang berolahraga.

Johan mengilustrasikan jantung seperti manusia. Ketika sedang bekerja atau berolahraga, manusia memerlukan asupan lebih. Begitu pula dengan jantung. Ketika berolahraga, jantung juga memerlukan lebih banyak darah.

Akan tetapi, adanya perlemakan pada pembuluh darah menyebabkan terhambatnya proses distribusi darah ke dalam jantung sehingga menyebabkan rasa nyeri.

Baca juga: Punya Perut Buncit? Hati-hati Risiko Serangan Jantung Berlipat Ganda

Diabetes dan jantung

Johan memaparkan bahwa ada penyakit lain seperti diabetes yang juga mendukung progresivitas perlemakan pembuluh darah sehingga mempercepat serangan jantung koroner.

Pada penderita penyakit diabetes, gula darah yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka pada pembuluh darah. Ini bisa membuat lubang yang menyebabkan lemak masuk ke dalam aliran darah dan membentuk gumpalan sehingga aliran darah berhenti.

Maka dari itu, Johan menghimbau untuk mengurangi makanan dengan kandungan gula yang tinggi, seperti nasi, roti, dan mie instan, yang dapat menjadi penyebab munculnya penyakit jantung koroner.

Johan pun menganjurkan pendeteksian dini untuk menghindari kondisi yang semakin parah dan sedini mungkin menentukan tindak lanjut apa yang perlu dilakukan.

“Biasanya, kalau ada penyempitan pembuluh darah, perlu melakukan deteksi dini. Untuk memilih alat diagnostik yang bisa digunakan,” tutup Johan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com