Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Phubbing" dan Efeknya Bagi Kehidupan Sosial

Kompas.com - 09/07/2018, 18:34 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Terlalu asyik dengan gawai dan tidak "peduli" dengan lingkungan sekitar ternyata dapat memunculkan rasa benci dan cemburu.

Situasi di atas disebut "phubbing" atau situasi dimana kita merasa diabaikan oleh lawan bicara kita karena mereka lebih memilih sibuk dengan gawainya.

Menurut ahli, situasi ini tidak bisa dianggap enteng karena dapat membahayakan kehidupan sosial mendasar kita. Misalnya kurang menghargai diri sendiri dan hilangnya rasa memiliki.

Dampak phubbing tersebut terungkap dalam sebuah penelitian terbaru di jurnal Applied Social Psychology. 

Penelitian tersebut menyatakan, 9 dari 10 perempuan di Amerika sebagian besar menggunakan gawai dalam aktivitas harian mereka. Artinya, phubbing telah menjadi hal yang sangat umum di Amerika.

Baca Juga: Pisahkan Anak di Bawah Usia 2 Tahun dengan Gawai

Adalah Varoth Chotpitayasunondh dan Karen Douglas, ilmuwan dari Universitas Kent di Amerika yang mengamati efek dari phubbing.

Mereka meneliti 128 remaja perempuan di Amerika yang berusia rata-rata 19 tahun.

Dalam penelitian ini, para ahli meminta peserta untuk menonton film animasi berdurasi tiga menit dan peserta membayangkan diri mereka sedang berinteraksi langsung dengan tokoh di film tersebut.

Peserta hanya bisa membaca gerak bibir si tokoh dalam film dan tidak mendengar apa yang mereka ucapkan.

Para ahli menerapkan tiga situasi, pertama adalah tokoh di dalam film tidak menggunakan gawai selama percakapan.

Kedua, perhatian tokoh film beralih ke gawai dan menghabiskan percakapan dengan peserta sambil bermain dengan gawai mereka. Terkadang secara berkala tertawa dan tersenyum ketika melihat sesuatu di gawai.

Lalu yang terakhir adalah tokoh di film tetap terlibat dengan peserta yang sedang "diabaikan" dan terkadang di selingi interaksi tanpa gawai.

Lalu, para peserta diminta untuk menilai tentang percakapan dan bagaimana perasaan mereka saat mengalami interkasi sosial seperti itu. 

Hasilnya, 128 peserta menganggap interaksi sosial mereka semakin memburuk seiring dengan bertambahnya situasi "phubbing", baik secara kualitas atau makna hubungan sosial mereka.

Baca Juga: Temuan Baru, Sering Pakai Gawai saat Makan Bikin Tak Bahagia

Para ahli meyakini, "phubbing" mengakibatkan pengucilan sosial, mirip dengan situasi saat membuat orang lain hanya makan sendirian di kantin atau tidak membalas telepon orang lain.

Situasi ini hanya terjadi ketika terjadi dalam interkasi sosial secara langsung, artinya saat bertatap muka atau setidaknya secara tidak sengaja bertemu dan berinteraksi.

Meski begitu, Chotpitayasunondh dan Douglas mengarisbawahi bahwa pembuktian mereka tentang "phubbing" tidak serta merta mencegah norma lainnya, seperti pelecehan dari orang lain.

Para ahli menyarankan untuk penelitian lebih lanjut terkait mekanisme sosial tersebut.

Dikutip dari Digest.bps.org, Rabu (4/7/2018), penemuan tersebut hanya menguraikan pemahaman kita tentang dampak "phubbing" di dalam aktivitas kita sehari-hari dan terkadang kita tidak menyadarinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com