Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kulit: Konsumsi Labu Pahit Sebabkan Kerontokan

Kompas.com - 29/05/2018, 20:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Seorang dokter kulit asal Perancis, Philippe Assouly baru-baru ini memperingatkan tentang konsumsi labu pahit. Dia menyebut bahwa labu pahit dapat mengandung racun yang kuat.

Dokter tersebut menggambarkan dua kasus tak biasa dalam jurnal ilmiah yang ditulisnya. Dia menyoroti "kaitan antara alopecia (rambut rontok) akibat keracunan dengan tumbuhan biasa".

Tanaman yang dimaksud sang dokter adalah keluarga cucurbit, di antaranya labu-labuan, marrow, melon, dan labu.

Dalam laporan di Journal of American Medical Association Dermatologi, Assouly menceritakan perempuan Perancis yang menderita mual, muntah dan diare setelah memakan sup labu pahit.

Gejala ini berlangsung hanya sehari. Tapi, seminggu kemudian, perempuan ini mulai mendapati rambut di kulit kepala dan kemaluannya rontok.

"Makanan tersebut juga sempat dibagikan pada keluarga. Orang yang mengonsumsi lebih sedikit sup tersebut memiliki gejala keracunan yang sama. Hanya saja, mereka tidak mengalami kerontokan rambut," tulis Assouly dalam laporannya dikutip dari AFP, Jumat (25/05/2018).

Kasus kedua yang diceritakan Assouly juga terjadi pada perempuan yang mengalami keracunan makanan (salah satu yang dikonsumsi adalah labu).

"Sekitar tiga minggu kemudian, pasien mengalami kerontokan rambut yang cukup besar di kepalanya serta alopecia parah di ketiak dan daerah kemaluannya," kata dokter tersebut.

Baca juga: 7 Manfaat Labu Kuning Si Buah Halloween

Sebagai informasi, cucurbit mengandung cucubitacin, yaitu senyawa beracun yang memberikan rasa pahit.

"Kepahitan dalam labu seharusnya berfungsi sebagai peringatan," kata Assouly.

"Seseorang seharusnya tidak memaksa anak-anak untuk memakannya," tegasnya.

Kasus yang melibatkan cucurbitacin bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, pada 2015, seorang warga Jerman meninggal setelah mengonsumsi sup baby marrow.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com