Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Hipertensi tetapi Ingin Berolahraga? Berikut Penjelasan Dokter

Kompas.com - 23/02/2018, 18:15 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rossana Barack, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah menepis anggapan bahwa olahraga tidak diperbolehkan bagi penderita hipertensi

Menurutnya, pasien hipertensi boleh saja berolahraga selama hipertensi belum disertai komplikasi, masih bisa beraktivitas normal, dan tidak memiliki keluhan di tubuh.

Hal ini dia kemukakan dalam acara tahunan Indonesian Society of Hypertension (InaSH) pada Kamis (22/2/2018) di Jakarta. 

Minimal 150 menit dalam seminggu,  pasien hipertensi dianjurkan melakukan olahraga kardiovaskular seperti berjalan santai (jogging) dan treadmill.

Aktivitas ini dinilai bagus untuk melatih otot jantung dan otot pernapasan.

Sebaiknya pasien harus fokus saat berolahraga. Ini artinya tanpa diselingi kegiatan lain. Tujuannya adalah mendapatkan data penurunan tekanan darah.

“Jalan boleh tapi bukan jalan di mall. Harus yang tanpa gangguan. Kalau di mall nanti mampir makan dan lihat kanan kiri," ujar Rossana.

Dikatakan Rossana, olahraga ringan seperti lari, berenang, dan bersepeda bisa bisa dipilih. Lari selama 30 menit bisa dipadukan dengan berenang, atau variasi olahraga lain.

Namun Rossana mengingatkan, para penderita hipertensi tidak perlu mengikuti olahraga dengan tujuan perlombaan. Pasalnya, itu justru akan memberatkan kerja jantung .

“Penderita hipertensi juga harus melakukan uji latih jantung. Jantung dilihat saat diberikan beban, saat istirahat di sela olahraga,” ujarnya.

Baca juga : Kenali Gejala-gejala Hipertensi Paru pada Anak

Uji latih jantung dipergunakan untuk mengetahui perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah berolahraga. Ini untuk menghindari tekanan darah justru melambung tinggi seusai berolahraga. Hal ini terjadi karena respon jantung pada tiap orang berbeda.

“Katakanlah saat beristirahat sebelum olahraga tensi normal sebesar 110/70 mmHg atau 130/80 mmHg, baru tiga menit dikasih beban sudah memberi respon naik drastis jadi 200/100 mmHg,” katanya.

Kondisi tersebut menandakan seseorang harus mengganti atau mengurangi jenis olahraga yang dipilih. Jantung dipaksa memompa darah lebih kuat karena aktivitas yang dilakukan terlalu berat.

Rossana menyebut, jika seseorang yang rajin berolahraga tensi memang bakal naik saat olahraga berlangsung, namun akan menurun saat selesai olahraga. Jika tekanan darah justru menurun tepat waktu olahraga, dikhawatirkan ada risiko jantung koroner.

Pada kesempatan tersebut Arieska Ann Soenarta, dokter sekaligus pakar hipertensi, juga menambahkan bahwa pemilihan olahraga bagi penderita hipertensi harus melibatkan dokter terlebih dahulu.

Pasalnya, olahraga malah bisa menimbulkan penyakit serius hingga kematian. Jantung dipaksa bekerja lebih kuat di luar kemampuan.

“Ketika olahraga tensi justru turun, padahal kontraksi otot jantung kan menaikkan. Ini juga bahaya,” ujarnya.

Baca juga : Benarkah Stroke Hanya Terjadi pada Pasien Hipertensi?  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com