KOMPAS.com -- Abdul Kadir, Direktur Utama Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais berkata bahwa kanker adalah penyebab kematian kedua di dunia. Anak-anak pun menjadi korban keganasan penyakit paling membunuh selain penyakit jantung ini.
“Setiap tahun, di dunia, terdapat 175.000 anak yang menderita kanker. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 90.000 di antaranya harus berujung pada kematian,” ujar Abdul yang ditemui dalam acara Peringatan Hari Kanker Anak Internasional di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, pada Kamis (15/2/2018).
Anak yang meninggal karena kanker dari keseluruhan anak pengidap kanker mencapai 50 hingga 60 persen. Menurut Abdul, ini merupakan persentase yang cukup tinggi dan patut disayangkan.
Abdul mengatakan, tingkat kematian anak karena kanker di dunia maupun Indonesia cukup tinggi lantaran anak terlambat didiagnosis terkena kanker. Biasanya, anak baru ketahuan terkena kanker ketika sudah memasuki stadium lanjut. Pengobatan yang diberikan pun lebih kompleks dan sulit. Akibatnya, survival rate atau tingkat harapan hidup menjadi rendah.
“Orangtua tidak punya pengetahuan tentang gejala kanker pada anak. Kanker sudah telanjur parah dan menjalar ke bagian tubuh lain,” ujar Abdul.
Baca juga : Untuk Semua Orangtua, Kenali Gejala Kanker yang Umum Menyerang Anak
Kesadaran dan edukasi para orangtua tentang gejala kanker pada anak harus mulai ditingkatkan. Pasalnya, tanpa peran dari orangtua, kanker pada anak sulit dideteksi. Perilaku anak yang susah diprediksi turut menyulitkan deteksi kanker. Anak cenderung akan lapor ke orangtua ketika sakit yang dia rasakan sudah begitu mengganggu, kata Abdul.
“Ini berkaitan karena anak masih sulit untuk mengomunikasikan sakit yang dia rasakan. Mereka belum mampu menyampaikan secara jelas keluhan tentang keanehan pada tubuh mereka,” ujar Abdul.
Abdul menuturkan, pihak RS Kanker Dharmais mencatat, sebanyak 300.000 anak teridentifikasi terserang kanker setiap tahunnya. Data Riskesdas juga menyebutkan, prevalensi kanker anak di Indonesia mencapai 5 orang per 100.000 penduduk atau sekitar 16.291 anak.
Lantas, Abdul menganjurkan para orangtua untuk lebih peka terhadap perubahan yang ada pada tubuh anaknya. Mengingat deteksi kanker pada anak masih belum bisa dilakukan, orangtua perlu mengonfirmasikan ke dokter tentang kecurigaan kanker pada anak.
“Penyebab kanker pada anak belum bisa dijelaskan secara akademis. Sementara, diduga ada empat faktor, yakni genetik, lingkungan, infeksi, dan radiasi. Untuk mencegah kanker pada anak, bisa jadi lewat menerapkan gaya hidup sehat,” ujar Abdul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.