Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Kisah Kedatangan Gajah Kerdil Borneo di Tanah Kalimantan

Kompas.com - 21/01/2018, 12:07 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com -- Bagi orang awam, keberadaan gajah di tanah kalimantan merupakan suatu hal yang lumrah. Namun bagi para peneliti, keberadaan spesies yang berstatus kritis ini justru masih mengundang tanya.

Pasalnya, gajah kerdil borneo (Elephas maximus borneensis) merupakan subspesies dari gajah asia yang hanya bisa ditemukan di sebagian kecil wilayah Borneo, di antaranya di Sabah Malaysia dan wilayah utara Kalimantan Timur. Keunikan ini mau tak mau memunculkan tanda tanya seputar asal usul gajah kerdil ini.

Ada dua teori populer yang mencoba menjelaskan mengenai asal usul gajah kerdil borneo

Pertama, gajah baru saja diperkenalkan pertama kali di Borneo 300 tahun yang lalu oleh manusia.  Ada sebuah catatan sejarah yang mengungkapkan bahwa pada abad ke-17, ada Sultan negara tetangga yang menawarkan gajah kepada Sultan setempat sebagai hadiah.

Baca juga: Gajah Purba Terakhir di Bumi Mati karena Kehausan 

Sementara itu, teori lainnya yang bersumber dari studi genetik sekitar 15 tahun lalu menyebutkan jika gajah memang sudah berpisah dari gajah Asia sejak 300.000 tahun yang lalu. Namun, para peneliti belum pernah menemukan fosil gajah di Borneo, meskipun fosil dari mamalia besar lainnya seperti orangutan sudah pernah ditemukan.

Tertantang menyelesaikan teka-teki asal-usul gajah, tim peneliti yang dipimpin oleh Lounès Chikhi dari Instituto Gulbenkian de Ciência melakukan serangkaian penelitian.

Tim peneliti menggunakan analisis data genetik dan model komputasi untuk mempelajari sejarah demografi hewan ini. Sangat sulit untuk melacak sejarah demografi purba gajah ini karena tidak ada catatan fosil yang bisa digunakan sebagai referensi.

"Apa yang kami lakukan adalah membuat model komputasi untuk berbagai skenario yang mungkin telah terjadi. Kemudian kami membandingkan hasil dari model ini dengan data genetik yang ada serta menggunakan teknik statistik untuk mengindentifikasi kemungkinan paling baik yang menjelaskan keragaman dari populasi gajah di Borneo," jelas Chikhi.

"Hasil kami menunjukkan bahwa skenario yang paling mungkin adalah terjadi kolonisasi yang terjadi alami di Kalimantan sekitar 11.400-18.300 tahun yang lalu," lanjutnya dikutip dari Science Daily, Rabu (17/1/2018).

Baca juga: Nyata, Induk Gajah Ini Berterima Kasih Setelah Anaknya Diselamatkan 

Periode ini sesuai dengan waktu ketika permukaan laut sangat rendah dan memungkinkan gajah dapat bermigrasi melalui Kepulauan Sunda menuju Borneo.

Ini artinya mereka sudah tiba di Borneo sebelum daratan yang menghubungkan kedua pulau itu menghilang.

Sayangnya, kelangsungan penelitian ini harus berhadapan dengan jalan yang berliku. Laporan dari WWF Indonesia tahun 2012 lalu menyebutkan jika populasi gajah yang ditemukan di wilayah utara Kalimantan Timur hanya sekitar 20-180 ekor saja.

Populasi yang makin sedikit ini akan makin menyulitkan peneliti untuk mempelajari mereka.

"Distribusi geografinya yang sangat terbatas serta keragaman genetik yang berkurang bisa membahayakan masa depan populasi. Padahal memahami asal-usul serta demografi masa lalu mereka akan berguna untuk pengembangan strategi konservasi jangka panjang," tutur Benoit Goossens, peneliti lain yang terlibat.

Para peneliti pun berharap adanya kebijakan pemerintah kedua negara untuk melakukan perlindungan terhadap spesies supaya kelangsungan populasi gajah bisa terus terpelihara.

Penelitian ini sudah diterbitkan di Scientific Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com