Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2018, 11:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Bagi banyak mamalia, termasuk manusia, kehidupan sosial adalah kontributor penting bagi kehidupan yang panjang. Tapi sepertinya, hal ini berkebalikan bagi marmot.

Dalam sebuah penelitian terbaru, bagi marmot, hidup bersosialisasi dapat mematikan. Dengan kata lain, jika hewan ini ingin hidup lebih lama maka ia harus menjadi anti-sosial.

Hal ini ditemukan oleh Daniel T. Blumsten, seorang ahli biologi di University of California, Los Angeles. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of Royal Society B ini menjelaskan bahwa para peneliti mempelajari 11 koloni marmot perut kuning selama 2002-2015 untuk mendapatkan hasil tersebut.

Setelah menghabiskan 13 tahun untuk melacak rentang hidup marmot perut kuning di Colorado, Blumstein menemukan bahwa marmot dengan interaksi sosial yang lebih aktif cenderung mati muda.

Baca juga: Senang Menyendiri, Apakah Saya Antisosial?

"Perbedaan dalam rentang hidup antara marmot yang lebih bersosialisasi dan anti-sosial kurang lebih dua tahun," ungkap Blumstein dikutip dari New York Times, Rabu (17/01/2018).

Marmot sendiri merupakan hewan pengerat besar yang mirip tupai. Mereka memiliki cakar tajam dan telinga berbulu.

Mereka juga dikenal sebagai makhluk yang fleksibel dalam hal bersosialisasi. Kadang kala mereka memilih menjadi penyendiri, tapi ada juga yang memilih untuk berdampingan secara damai jika habitat menuntutnya.

Rata-rata, marmot perut kuning dapat bertahan hidup hingga 15 tahun.

"Marmot perut kuning lebih aktif secara sosial dibandingkan jenis marmot lain seperti grounhog (marmot tanah), tapi tidak benar-benar ingin menjadi sosial," ujar Blumstein.

Tentu menjadi pertanyaan, mengapa hidup bersosial membuat hewan pengerat ini merugikan kesehatan marmot. Blumstein berspekulasi, hewan-hewan tersebut akan menyebarkan penyakit di antara kelompoknya jika hidup bersosialisasi.

Ada pula teori jika saat hibernasi, salah satu individu kelompok bangun dan menghabiskan makanan yang menyebabkan kelaparan di musim dingin yang panjang. Teori lain menyebit bahwa jika waktu yang mereka habiskan untuk bersosialisasi lebih baik dihabiskan untuk mencari predator.

"Ada berbagai penjelasan yang masuk akal. Saya hanya belum memahami mereka," kata Blumstein.

Baca juga: Jangan Remehkan Kesepian! Dampaknya Bisa Picu Diabetes Tipe 2

Temuan ini tentu menjadi fakta yang berlawanan dengan mamalia lainnya. Banyak penelitian menyebut bahwa mamalia merupakan makhluk yang sangat sosial.

Bahkan, manusia, lumba-lumba, dan domba akan hidup lebih lama jika mempertahankan jaringan sosial yang kuat.

"Bagi manusia, menjadi anti-sosial sama buruknya dengan merokok satu bungkus setiap hari," kata Blumstein.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com