Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Stres Bisa Menimbulkan Penyakit? Sains Menjelaskan

Kompas.com - 11/01/2018, 19:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Mungkin Anda pernah mendengar, saat seseorang sedang merasa banyak pikiran atau stres, entah bagaimana dia kemudian menjadi sakit.

Seorang ilmuwan dari Michigan State University mencoba menjawab hubungan keduanya lewat sebuah penelitian yang  diterbitkan di jurnal Leukocyte Biology, Rabu (10/1/2018).

Dia membuktikan bahwa jenis stres tertentu dapat berinteraksi dengan sel kekebalan tubuh yang merespons sel alergen, hingga akhirnya menimbulkan gejala fisik dan penyakit.

Baca juga: Manfaat Lain Wewangian, Meredakan Stres

Dalam penelitiannya, Adam Moeser yang merupakan profesor khusus penyakit akibat stres di College of Veterinary Medicine menunjukkan bagaimana reseptor stres yang dikenal sebagai faktor pelepasan kortikotropin atau CRF1 dapat mengirim sinyal ke sel kekebalan tubuh yang disebut sel mast.

"Sel mast menjadi sangat aktif dalam menanggapi situasi stres yang mungkin dialami tubuh," kata Moeser dikutip dari Science Daily, Rabu (10/1/2018).

"Saat ini terjadi, CRF1 memberitahu sel-sel ini untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyebabkan penyakit inflamasi dan alergi seperti sindrom iritasi usus besar, asma, alergi makanan yang mengancam jiwa dan kelainan autoimun seperti lupus," sambungnya.

Salah satu zat kimia yang dilepaskan tersebut adalah histamin. Histamin merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sel di dalam tubuh saat terpapar alergen. Zat inilah yang membuat kita mengalami reaksi alergi untuk membersihkan alergen dalam tubuh.

Pada penelitian ini, Moeser membandingkan respon histamin tikus dalam dua jenis kondisi stres, yakni psikologis dan alergi, di mana sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu banyak bekerja.

Satu kelompok tikus dianggap normal dengan reseptor CRF1 pada sel mast mereka. Sementara kelompok yang lain selnya kekurangan CRF1.

"Tikus normal yang terpapar stres menunjukkan tingkat histamin dan penyakit yang tinggi. Sebaliknya tikus yang kekurangan CRF1 memiliki kadar histamin rendah sehingga sedikit penyakit dan terlindung dari kedua jenis stres," ujar Moeser.

"Ini menunjukkan bahwa CRF1 secara kritis terlibat dalam beberapa penyakit yang dipicu oleh stres," sambungnya.

Baca juga : AI Bisa Diagnosis Penyakit Jantung, Akankah Para Dokter Tersaingi?

Tikus kekurangan CRF1 yang terpapar stres alergi mengalami penurunan kesehatan 54 persen. Sementara tikus yang mengalami tekanan psikologi mengalami penurunan 63 persen.

"Temuan ini merupakan langkah maju dalam memecah kode bagaimana stres membuat seseorang menjadi sakit dan memberikan alternatif yang fokus pada sel mast sebagai terapi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka yang sakit karena stres," kata Moeser.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com