KOMPAS.com -- Kepergian Kim Jonghyun yang tiba-tiba membuat banyak penggemarnya terkejut. Banyak yang tidak menduga bahwa selama ini, penyanyi boy band Shinee tersebut mengalami depresi dan memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Padahal, keinginan tersebut tidak muncul secara tiba-tiba dan selalu ada tanda-tandanya.
Dr Dharmawan Ardi Purnama, SpKJ, yang ditemui seusai acara Pfizer Educare di Jakarta, Rabu (20/12/2017), berkata bahwa bila diperhatikan betul, seseorang yang ingin bunuh diri biasanya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan.
“Ini bisa kecil sampai yang besar, seperti menarik diri, ngomongnya ngelantur, dan topik omongannya melipir sedikit (ke bunuh diri),” ujarnya.
Baca juga : Jonghyun SHINee, Dunia K-Pop, dan Betapa Menyiksanya Menjadi Idola
Dia melanjutkan, kalau hubungan antara sesamanya baik, ini bisa terdeteksi. Tapi kalau di media sosial enggak bisa. Nah, yang jadi masalah, kalau kita ke kafe saja misalnya, semua orang nunduk dengan gadget masing-masing. Ini membuat semua orang terselubung sehingga kita tidak bisa mendeteksi.
Oleh karena itu, Dharmawan pun menyarankan untuk mengintensifkan kontak langsung, menjaga hubungan baik, dan meningkatkan kontak psikis. Dengan demikian, setiap perubahan dapat terdeteksi dan ditangani sejak awal.
Setelah berhasil mendeteksinya atau mendengar curahan hati teman yang merasa ingin bunuh diri, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membawa teman tersebut ke dokter.
Baca juga : Mengenal Seasonal Affective Disorder yang Dialami Jonghyun SHINee
Namun, pastikan dulu apakah orang tersebut benar-benar memiliki ide bunuh diri atau sekadar ide kematian saja.
“Kalau yang dia bilang ide kematian, seperti ‘Aduh, saya lebih baik mati saja’, tanyakan apakah orang tersebut sudah berpikir bagaimana cara untuk bunuh diri? Yang kita mau lakukan (dengan pertanyaan ini) adalah mendeteksi, apakah dari ide kematian ini menuju ke ide bunuh diri,” kata Dharmawan.
“Kalau ide bunuh diri, harus segera dibawa ke dokter,” kata Dharmawan lagi.
Dokter ini, kata Dharmawan, tidak harus psikiater. Anda juga bisa membawa teman tersebut ke konselor dan psikolog. “Namun, Anda harus ingat bahwa pada pasien bunuh diri, ada kegawatdaruratan psikiatri,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.