Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Minta Bio Farma Percepat Produksi Vaksin DPT

Kompas.com - 11/12/2017, 17:45 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek meminta kepada PT Bio Farma mempercepat produksi vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) untuk tahun 2018. Hal ini terkait dengan penyakit difteri yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sejak hari ini, Kemenkes melakukan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) di tiga provinsi, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Ketiganya dipilih karena tingginya prevalensi dan kepadatan masyarakat.

Pemberian vaksin DPT dilakukan dengan prosedur 061, artinya penyuntikan imunisasi
terbagi menjadi tiga tahap.

Setelah penyuntikan pertama, imunisasi akan diulangi pada bulan berikutnya dan enam bulan setelahnya. Dengan demikian, diperlukan waktu delapan bulan untuk mengevaluasi kasus merebaknya difteri.

Hingga akhir 2017, Nila menyebutkan stok vaksin DPT masih mencukupi. Saat ini terdapat 3,5 juta vial, dengan satu vial berisi sepuluh dosis.

"Untuk 2018, kami duduk dengan PT Bio Farma, mereka kami minta produksinya dipercepat. Karena pemberian ORI sekarang sekarang, 1 bulan kemudian dan 6 bulan setelahnya, jadi tiga kali," kata Nila di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSIP) Sulianti Saroso, Jakarta, Senin (11/12/2017).

Nila menuturkan, tidak ada target pemberian vaksin DPT. Vaksin DPT akan terus diberikan ke semua daerah. Sebab, penyebaran difteri menurutnya dipengaruhi oleh mobilitas dan kepadatan penduduk.

Dalam kesempatan itu, Nila mengimbau kepada masyarakat untuk tak mengkhawatirkan daya tampung rumah sakit terkait ruang isolasi. Pasalnya, di Indonesia hanya terdapat 100 rumah sakit yang memiliki ruang isolasi.

Ruang isolasi bagi pengidap difteri tak harus bertekanan negatif. Sebab, difteri tak menyebar melalui udara, melainkan melalui percikan ludah yang berjarak 5-7 meter.

"Ruang isolasi bisa dibuat. Jadi hanya dipisahkan gitu. Kalau petugas kesehatan masuk harus pakai masker, yang menunggu pasien juga pakai," ucap Nila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com