Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa “Laut Mati” di China Ini Tiba-tiba Berwarna-warni?

Kompas.com - 27/09/2017, 21:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Sebuah danau garam di Yuncheng, China yang sering dijuluki “Laut Mati-nya” China sedang menjadi tontonan. Penyebabnya adalah warna air yang tiba-tiba berubah menjadi magenta, hijau, dan kuning.

Fenomena unik ini disebabkan oleh ledakan populasi spesies alga Dunaliella salina dan serangga di danau tersebut.

Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Concepcion, Chile berkata bahwa D salina adalah organisme bernukleus yang paling toleran terhadap garam. Ia dapat ditemukan di semua danau garam di dunia, dari Chile, Australia, Meksiko, hingga Israel.

(Baca juga: Fenomena Langka, Sebuah Gurun Tiba-tiba Berubah Jadi Lautan Bunga)

NASA juga melaporkan, D salina umumnya berwarna hijau dalam lingkungan laut. Namun, ia dapat berubah warna ketika terekspos oleh stres lingkungan, seperti kadar garam, kekurangan nutrisi, panas yang ekstrem, dan intensitas cahaya yang tinggi.

Untuk melindungi diri, sel-sel D salina akan memproduksi lebih banyak karotenoid. Pigmen ini membuat D salina dan air yang didiaminyaberubah warna menjadi merah.

Berkat pigmen ini, D salina juga sering digunakan sebagai pewarna makanan dan kosmetik.

Danau garam Xiechi

Danau yang sering dijuluki “Laut Mati-nya” China ini terbentuk sekitar 500 juta tahun yang lalu, pada zaman Senozoikum awal. Dengan luas 120 kilometer persegi, Xiechi adalah danau natrium sulfat ketiga terbesar di dunia. Para penduduk asli telah memanen garam dari danau ini selama 4.000 tahun.

Xiechi juga memiliki banyak kesamaan dengan Laut Mati di Israel. Berkat kadar garamnya yang tinggi, manusia bisa dengan mudah mengapung di dalamnya. Lalu, air danau ini dipercaya baik untuk kulit dan kesehatan.

Namun, bila lumpur hitam di Laut Mati terdiri dari klorida, lumpur Xiechi terdiri dari sulfat yang mendukung kehidupan flora dan fauna di danau tersebut.

Sayangnya, ledakan populasi alga seperti yang baru saja terjadi bisa menyebabkan zona kematian atau hypoxic yang rendah oksigen. Jumlah alga yang bisa mencapai jutaan sel per milimeter membunuh makhluk hidup lainnya yang berada di perairan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau