KOMPAS.com - Dari semua agama, mungkin hanya Islam yang mengenal ritual keagamaan saat gerhana. Sementara yang lain menikmati gerhana, umat muslim menyempatkan waktu untuk melakukan shalat.
Bagaimana ceritanya sehingga umat muslim punya ritual keagamaan khusus saat gerhana? Apa gerhana begitu penting dalam Islam?
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, shalat gerhana sebenarnya bermula dari mitos kaitan kematian orang penting dan fenomena gerhana.
Pada 27 Januari 632 M, terjadi gerhana matahari cincin yang bisa disaksikan oleh warga bagian utara, jazirah Arab, dan India.
Secara kebetulan, pada hari yang sama, putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibrahim bin Muhammad wafat dalam usia 16 tahun.
Baca Juga: Seperti Inilah Wajah Bulan Saat Gerhana Senin Malam Nanti
Orang Arab yang sejak masa pra-Islam percaya bahwa gerhana merupakan pertanda adanya kematian tokoh penting lantas langsung mengaitkan gerhana matahari cincin itu dengan kematian putra Nabi.
Nabi Muhammad SAW lantas mengatakan bahwa gerhana sama sekali tak terkait dengan kematian putranya tetapi merupakan wujud kekuasaan Allah SWT.
"Kemudian (umat Muslim) diperintahkan shalat ketika terjadi gerhana," kata Thomas kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Perintah shalat gerhana Nabi tersurat dalam hadist Bukhari-Muslim.
Nabi mengatakan, "Matahari dan bulan adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Terjadinya gerhana bukan karena kematian atau kehidupan seseorang. Maka, bila melihatnya berzikirlah kepada Allah SWT dengan mengerjakan shalat."
Bagi umat muslim yang menunaikan shalat pada saat gerhana bulan sebagian Selasa (8/8/2017) dini hari, waktu yang dimiliki adalah 1 jam 55 menit.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan, waktu tersebut merupakan rentang antara fase awal gerhana pada pukul 00.23 WIB dan fase akhir gerhana sebagian pada 02.18 WIB.
Baca Juga: Kisah Manusia Menemukan Makna Gerhana