Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Kontroversial Nyatakan 75 Persen DNA Manusia Tak Berguna

Kompas.com - 20/07/2017, 17:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –- Tubuh manusia terdiri dari susunan yang kompleks. Saking ribetnya, apa yang membuat kita menjadi "kita" masih misteri.

Bahkan, sejak James Watson dan Francis Crick menemukan struktur heliks ganda DNA (asam deoksiribonukleat) pada tahun 1950-an, para ilmuwan masih belum selesai memperdebatkan sejauh mana genom bertanggung jawab membuat Anda menjadi "Anda".

Untuk menyelesaikan perdebatan ini, Dan Graur yang merupakan pakar biologi evolusi dari University of Houston beralih ke rumus matematika. Hasilnya, tiga per empat dari genom manusia merupakan DNA non-fungsional.

Dalam penelitian yang dipublikasikan melalui Genome Biology and Evolution pada 11 Juli 2017 tersebut, Graur mengkalkulasikan bahwa bagian fungsional dari genom manusia mungkin hanya 10-15 persen, maksimal 25 persen, dari keselurahan DNA manusia.

(Baca juga: Bisakah DNA Menentukan Kepribadian dan Bakat Anda?)

Sisanya, sekitar 75-90 persen DNA manusia merupakan DNA sampah yang tidak berbahaya dan tidak beracun, tetapi tidak berguna.

Dasar pemikiran Graur adalah mutasi pada DNA dan bagaimana kita, sebagai sebuah spesies, mengurangi mutasi tersebut untuk bertahan hidup.

Mutasi yang muncul dari waktu ke waktu menggeser atau menyusun ulang empat basis kimia yang membentuk DNA di bagian kode genetik, yakni adenin, sitosin, guanin dan timin. Ketika mutasi terjadi pada DNA sampah, mereka diaggap netral karena kode genetik tersebut tidak melakukan apapun.

Namun, lain halnya jika mutasi terjadi pada bagian yang fungsional dari genom. Mutasi menjadi membahayakan, bahkan mematikan, karena mereka merusak kode instruksi untuk jaringan yang sehat dan proses biologis.

(Baca juga: Di DNA, Orang Tibet Sembunyikan Rahasia soal Bakat Hidup Istimewanya)

Oleh karena itu, dalam perhitungan Graur, batas DNA fungsional harus sangat rendah. Dengan jumlah yang sedikit, risiko mutasi dan kemungkinan peningkatan kematian dini pun menyusut. Jika mutasi berbahaya terus menumpuk, manusia akan kesulitan mengembangkan populasinya dan memperpanjang generasinya.

“Dengan asumsi 100 persen fungsionalitas dan besaran tingkat mutasi merugikan yang digunakan dalam makalah ini, mempertahankan ukuran populasi yang konstan mengharuskan masing-masing pasangan untuk menghasilkan minimal 24 dan maksimal 5x10 (53),” tulisnya dalam makalah, seperti yang dikutip dari Science Alert 18 Juli 2017.

Hasil penelitian Graur pun berkebalikan dengan hasil penelitian Encyclopaedia of DNA Elements (ENCODE) pada tahun 2012 lalu. ENCODE mengklaim bahwa sebanyak 80 persen DNA manusia berfungsi. Namun, hasil penelitian tersebut menimbulkan kontroversi. Banyak ilmuwan yang mempertanyakan luasnya kategori fungsionalitas yang digunakan ENCODE.

Lalu, bila menggunakan kalkulasi Graur, 80 persen fungsionalitas mengharuskan manusia untuk menghasilkan setidaknya 15 anak. "Lalu, semuanya, kecuali dua anak, akan mati atau gagal menghasilkan keturunan," tulis Graur.

(Baca juga: Lewat DNA Mumi, Ilmuwan Temukan Asal-usul Masyarakat Mesir Kuno)

Walaupun hasil penelitian Graur belum tentu menjadi solusi dari perdebatan para ilmuwan, tetapi penelitian ini bisa membantu para peneliti lainnya untuk menfokuskan riset mereka dalam mencari DNA yang fungsional.

“Kita perlu mengetahui proporsi DNA fungsional dari genom manusia untuk memfokuskan penelitian biomedis pada bagian-bagian yang dapat digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit,” ujar Graus.

Dia melanjutkan, dengan demikian, kita tidak perlu mengurutkan semuanya. Kita hanya perlu mengurutkan bagian yang kita tahu bersifat fungsional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau