Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkubur 5000 Tahun, Tulang “Raksasa” Ditemukan di China

Kompas.com - 11/07/2017, 16:30 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com -- Dunia sains kembali dikejutkan dengan penemuan kuburan para "raksasa". Tulang belulang yang dikubur sekitar 5000 tahun yang lalu ini ditemukan saat para arkeolog melakukan penggalian di Provinsi Shandong, China tenggara.

Namun sebelum Anda kaget, para raksasa itu tetaplah manusia dan tidak seperti karakter dalam buku Perjalanan Guliver karya Jonathan Swift.

Salah satu raksasa adalah laki-laki yang memiliki tinggi badan mencapai 1,9 meter, sedangkan tulang-tulang lainnya mencapai 1,8 meter. Akan tetapi, jangan anggap remeh. Dengan tinggi tersebut, para raksasa menjulang di antara kebanyakan orang-orang pada zaman Neolitikum.

Lalu, bila dibandingkan dengan manusia modern, tinggi rata-rata laki-laki Shandong yang berusia 18 tahun pada tahun 2015 adalah 1,75 meter. Sementara itu, tinggi rata-rata nasional pada tahun 2015 adalah 1,72 meter.

(Baca juga: Menara Tengkorak Aztek Kejutkan Arkeolog, Ini Sebabnya)

“Ini hanya berdasarkan struktur tulang. Jika dia masih hidup, tingginya pasti akan melebihi 1,9 meter,” kata Dekan Sejarah dan Budaya Universitas Shandong, Fang Hui, kepada kantor berita China, Xinhua, seperti yang dikutip dari Science Alert 10 Juli 2017.

Meski belum diketahui berapa tinggi rata-rata laki-laki Shandong 5.000 tahun lalu, tinggi laki-laki Eropa pada masa yang sama diperkirakan hanya 1,65 meter. Oleh sebab itu, temuan ini pun menjadi sangat menarik, mengingat bahwa menusia modern yang punya lebih banyak akses terhadap makanan sehat nutrisi masih belum bisa mengalahkan para raksasa.

Penggalian yang dilakukan Fang bersama timnya di desa Jiaojia, Distrik Zhangqiu, Kota Jinan, telah berlangsung sejak tahun 2016. Hingga kini, mereka telah menggali 205 kuburan, 20 lubang upacara pengorbanan, dan 104 rumah.

Para arkeolog berpikir bahwa para raksasa menjalankan budaya Longshan dengan memakan makanan yang baik bagi tubuh. “Dengan sudah adanya pertanian pada waktu itu, mereka telah memiliki sumber makanan yang beragam dan kaya sehingga fisik mereka pun berubah," kata Fang.

Di daerah penguburan, orang-orang bertubuh tinggi juga ditemukan dalam makam yang lebih besar. Ini berarti, mereka memiliki status sosial yang tinggi sehingga memiliki lebih banyak akses terhadap makanan enak dan kenyamanan hidup yang lebih baik.

(Baca juga: "Hobbit" Manusia Flores Bukan Kerabat Manusia Jawa, Lantas Apa?)

Kenyamanan juga terlihat dari tata letak rumah yang ditemukan pada penggalian. Pada desa yang berusia lima milenium tersebut, rumah telah dipisah-pisah menjadi dapur dan kamar tidur.

Selain jenazah manusia dan pondasi bangunan, para arkeolog juga menemukan tulang babi dan gigi, bersama dengan berbagai tembikar berwarna-warni dan giok hijau.

Beberapa kerangka dan artefak budaya memiliki tanda-tanda kerusakan fisik. Para peneliti menduga bahwa hal itu sengaja dilakukan setelah penguburan karena motivasi politis dalam pertarungan kekuasaan lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com