Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2017, 16:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –- Selama 175 juta tahun lamanya, dinosaurus sempat mengusasai bumi dalam periode yang dikenal sebagai Mesozoikum atau zaman reptil. Lalu, sekitar 65 juta tahun lalu keberlangsungan populasi dinosaurus dibuat habis oleh hujan asteroid yang melanda bumi.

Setelah kepunahan dinosaurus, timbulah beragam katak dengan percabangan jenis yang masif. Saking banyaknya, katak dapat dikatakan menjadi penguasa bumi pada saat itu.

Hewan ini memang telah hidup sekitar 200 juta tahun yang lalu dan berhasil selamat dari kepunahan. Namun, bagaimana katak bisa bertahan hidup hingga terdiversifikasi sedemikian rupa menjadi pertanyaan besar bagi para peneliti.

(Baca juga: Katak dari Enrekang Ini Buktikan Kekayaan Fauna Nusantara)

Untuk mengetahuinya, David Blackburn bersama rekannya menganalisa 95 gen dari 156 jenis katak berbeda yang hidup sampai saat ini. Blackburn dan rekannya kemudian menggabungkan data tersebut dengan data sebelumnya dari 145 spesies katak lainnya. Setelah itu, mereka menciptakan sebuah pohon evolusi yang memetakan sejarah semua keluarga katak.

Penelitian fosil katak juga dilakukan untuk memindai perubahan genetik katak pada titik tertentu. Lantas, diketahui bahwa tiga keluarga besar katak, yakni Hyloidea, Microhylidae dan Natatanura, bercabang pada waktu yang bersamaan, tak lama setalah dinosaurus punah atau pada batas antara zaman Kretasesus dan Paleogen.

Katak telah ada selama lebih dari 200 juta tahun, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa ledakan keragaman katak baru dimulai setelah kepunahan dinosaurus dan menghasilkan banyak katak yang kita lihat sekarang,” kata Blackburn, yang juga menjadi kurator asosiasi amfibi dan reptil di Museum Sejarah Alam Florida di kampus Universitas Florida.

Kini, penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

(Baca juga: Sebening Kaca, Anda Bisa Melihat Jantung Katak Ini dari Perutnya)

Ahli biologi evolusioner di University of California, Berkeley, David Wake, yang juga rekan penelitian Blackburn mengatakan, meski bertentangan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini dapat diterima secara logika. Sebab, ada begitu banyak lubang di relung ekologi yang dikosongkan oleh dinosaurus dan spesies lainnya akibat hujan meteor.

"Kami pikir dunia ini cukup miskin karena kejadian tersebut dan ketika vegetasi kembali, tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) mendominasi. Saat itulah pohon berevolusi hingga berbunga penuh," kata Wake.

Dia melanjutkan, katak mulai menjadi hewan arboreal (hidup di pohon). Itulah yang menyebabkan penyebaran hebat, khususnya di Amerika Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com