KOMPAS.com - Megalodon pernah menjadi predor terbesar yang berkeliaran di samudera. Jenis hiu purba itu berukuran panjang 18 meter.
Saking besarnya, jenis itu mampu memangsa paus. Gigi tajamnya yang berukuran 13 cm bisa merobek tubuh raksasa paus purba.
Namun, di balik ukurannya yang jelas memukau, ada misteri yang hingga kini belum terjawab, terkait kepunahannya 2-3 juta tahun lalu.
Kini, peneliti dari University of Zurich mengklaim telah menemukan jawaban atas misteri ratusan tahun tersebut.
Peneliti itu menuturkan, megalodon bukan satu-satunya hewan yang mengalami kepunahan. Sepertiga dari hewan laut saat itu seperti paus purba, penyu purba, dan sejumlah burung laut juga punah.
Kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil investigasi fosil laut hewan raksasa yang hidup zaman Pliosen dan Pleistosen (5,3 juta hingga 9.700 tahun Sebelum Masehi).
“Kami berhasil menunjukkan, sekitar sepertiga hewan raksasa lautan menghilang sekitar 3-2 juta tahun lalu,” kata Catalina Pimiento seperti dikutip dari Mirror pada Selasa (27/6/2017).
Perisitwa yang mengakibatkan kepunahan tersebut berdampak besar pada mamalia lautan. Keragamannya berkurang sekitar 55 persen.
Selain itu, sebanyak 43 persen spesies penyu hilang, serta dengan 35 persen burung laut dan 9 persen hiu juga mengalami kepunahan.
Pimiento mengatakan, kepunahan itu mungkin berkaitan degan gletser yang terbentuk dengan cepat yang mengubah permukaan laut secara dramatis.
“Kami memiliki kecurigaan bahwa level air laut ada hubungannya dengan itu. Kami telah menghitung bagaimana hal itu berakibat pada kehidupan pesisir. Area pesisir menurun dengan cepat. Hal ini berakitbat pada semua hewan besar,” kata Pimiento.
Penelitian tersebut diharapkan akan membantu para biologis laut memahami ancamana yang dihadapi hewan besar saat ini.
"Pemodelan kami menunjukkan bahwa hewan berdarah panas lebih mudah menuju kepunahan,” kata Pimiento.
"Penelitian ini telah menunjukkan bahwa hewan besar laut jauh lebih rentan terhadap perubahan lingkungan global pada masa geologi belakangan ini dari pada yang pernah diasumsikan sebelumnya,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.