Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngeloni" Bayi Jadi Kontroversi di AS, Orangtua Indonesia Harus Tahu

Kompas.com - 06/06/2017, 13:46 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Urusan "ngeloni" bayi kini tengah menjadi kontroversi di Amerika Serikat. Kelonan dan tidur bersama bayi hingga umur lebih dari setahun mungkin biasa di Indonesia. Namun di negeri Paman Sam, hal itu menjadi kontroversi.

Sebuah riset yang dilakukan Ian Paul dari Pennsylvania State University dan tim menguak, bayi yang selalu dikeloni dan tidur dengan orangtua setelah umur 4 bulan tidak akan tidur dengan nyenyak, terbangun dalam waktu yang lebih pendek.

Paul lewat studi yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics itu mengajak orangtua untuk membiarkan bayi mereka tidur di ruang tersendiri setelah umur 4 bulan. Orangtua juga tak perlu menaruh bantal dan guling berlebih serta mainan-mainan yang mengganggu.

Kontroversi terjadi karena American Academy of Pediatrics (AAP), lembaga yang memberikan rekomendasi soal pengasuhan bayi, sebelumnya menganjurkan setiap orangtua untuk tidur bersama bayinya dalam satu ruangan tetapi beda ranjang selama 1 tahun atau paling tidak 6 bulan.

Rekomendasi itu dikeluarkan AAP beberapa waktu lalu karena banyaknya kasus sindrom kematian tiba-tiba pada bayi (SIDS). Data Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika Serikat mengungkap, tahun 2015, 3.700 bayi di negara itu mati karena masalah tidur.

Paul termasuk yang skeptis dengan rekomendasi AAP itu mengatakan, "Salah satu alasan kita ingin menggali hal ini adalah bukti yang sangat lemah untuk rekomendasi 6-12 bulan. Saya pikir AAP yang ingin mencegah kasus SIDS telah melihat dengan perspektif yang bias."

Paul meneliti 230 keluarga yang memiliki bayi. Separuh keluarga diminta menempatkan bayi dalam ruang tidur berbeda saat usia mencapai 3 bulan. Sementara, setengah lainnya diminta mengikuti rekomendasi AAP. Periset datang ke rumah pada tiap periode tertentu untuk mengontrol dan memberi arahan.

Penelitian mengungkap, bayi yang tidur di ruang tersendiri setelah berumur 4 bulan tidur selama 10,5 jam. Itu lebih lama dari bayi yang baru dipisah tidurnya pada usia 9 bulan (9,75 jam) dan antara 4-9 bulan (10 jam).

Bayi yang mulai dipisah tidurnya pada umur 4 bulan juga tidur tanpa bangun lebih lama, 9 jam. Sementara yang dipisah pada umur 9 bulan hanya 7,4 jam dan yang dipisah pada umur antara 4-9 bulan 8,3 jam. Secara umum, yang tidur terpisah lebih awal tidur lebih nyenyak.

Setelah berumur 2,5 tahun, semua bayi itu punya total waktu tidur yang sama. Namun demikian, bayi yang tidur terpisah lebih awal bisa tidur 45 menit lebih lama saat malam. Itu menegaskan manfaat pemisahan ruang tidur sejak awal.

Berdasarkan temuannya, Paul mengatakan, sangat mengkhawatirkan bila harus membiarkan anak tidur bersama selama 1 tahun sementara waktu itu anak sudah takut untuk dipisah. "Itu waktu terburuk membuat perubahan dari perpektif perkembangan," katanya seperti dikutip NPR, Senin (5/6/2017).

Pandangan Paul disetujui oleh Jodi Mindell dari Sleep Center di Rumah Sakit Anak Philadelphia. "Kami ingin bayi tidur nyenyak karena itu mempengaruhi keselamatannya, perkembangannya, serta kesejahteraan keluarga. Perlu seimbang sehingga bayi mendapatkan tidur cukup dan semua berkembang normal."

Menurutnya, rekomendasi AAP justru membuat orangtua merasa takut. Mindell mengatakan, riset yang juga mengungkap bahwa bayi yang tidur terpisah sejak umur 4 bulan punya waktu tidur lebih konsisten pada jam 8 malam menjadi harus menjadi perhatian tiap orangtua.

Kontroversi akibat rekomendasi AAP bukan pertama kali ini terjadi. Sebelumnya, kontroversi juga terjadi karena AAP meminta orangtua menidurkan bayi telungkup. Hingga bertahun-tahun kemudian, terbukti bahwa cara itu justru meningkatkan risiko SIDS.

Paul mengatakan, tidur satu ruangan dengan orangtua sebenarnya lebih meningkatkan risiko SIDS sebab pada akhirnya, anak tidur seranjang dengan orangtua. Mindell mengatakan, menidurkan bayi dalam kamar yang sama juga membuat sang ibu selalu cemas dan meningkatkan risiko trauma pasca kelahiran.

Rachel Moon dari Sekolah Kedokteran di Universitas Virginia sekaligus pimpinan studi AAP mengatakan, pihaknya berusaha sehati-hati mungkin. AAP akan memperbarui rekomendasinya. Namun, untuk kali ini, AAP belum akan mengubahnya.

"Saya belum melihat data yang menyatakan bahwa jika anda satu kamar dengan bayi maka kecelakaan akan meningkat," katanya. "Kadang ada sesuatu yang tampaknya berhubungan tetapi setelah diteliti ternyata tidak."

Paul mengungkapkan, AAP hanya melihat dari sisi bayi. Ia juga menyatakan bahwa studi yang menjadi dasar rekomendasi AAP sebenarnya juga tidak mendukung. "Kebijakan yang baik seharusnya berdasarkan pada hasil studi terbaik," tegasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com