Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2017, 19:13 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Jika keputusan Angelina Jolie melakukan masektomi mempopulerkan pengaruh faktor genetik pada perkembangan kanker payudara, kematian Yana Zein memberikan pengetahuan kepada publik tentang cryosurgery, upaya membunuh sel kanker dengan gas cair ekstrem dingin.

Sisi lain cryosurgery yang perlu diketahui, selain soal teknis pelaksanaan, manfaat, dan risikonya, adalah tentang sejarahnya. Perawatan yang kini biasa dilakukan dengan nitrogen cair bersuhu -160 derajat celsius itu ternyata punya sejarah panjang.

Brian J Simmons dari Miller School of Medicine di University of Miami dalam makalahnya di JAMA Dermatology pada Juni 2016 menyatakan, "cryosurgery setua Firaun." Papirus Edwin Smith mengungkap, Mesir Kuno memahami cara meredakan sakit akibat tulang retak dan mengobati infeksi dengan sesuatu yang dingin.

Pakar sejarah Mesir Kuno, Jame Henry Breasted, yang menerjemahkan papirus menyatakan, ada satu kalimat yang menggambarkan pengetahuan itu. "Anda dapat mengompres dengan dingin untuk mengatasi pembengkakan pada mulut luka," demikian kalimat dalam papirus.

Simmons mengungkapkan, pada abad ke-5 SM, pasukan Hannibal mengalami efek kerusakan jaringan saat melintas pegunungan Alpen. Lalu, pada masa Napoleon, pendekatan serupa dengan cryosurgery digunakan untuk pembiusan dan amputasi.

Cryosurgery modern baru mulai berkembang setelah James Arnott, seorang dokter dari Inggris, menemukan cara membuat suhu ekstrem dingin. Ia menggerus es dan mencampurkannya dengan sodium klorida, menciptakan cairan bersuhu -24 derajat celsius.

Arnott lantas merancang alat yang terdiri dari dua selang fleksibel yang terhubung dengan tabung berisi cairan ekstrem dingin. Dengan alat itu, ia mengobati kanker payudara dengan cara mengalirkan cairan dingin ke luka akibat kanker.

SM Cooper dari Churchill Hospital di Oxford dalam publikasinya di JAMA Dermatology Juni 2001 menguraikan, Arnott merawat ragam jenis kanker, kulit hingga rahim. Meski yang dilakukan saat itu berfungsi paliatif, Arnott percaya sejak awal bahwa pendekatan yang dikembangkannya bisa mengobati kanker sejak awal.

Perkembangan cryosurgery berlanjut ketika pada malam natal tahun 1877, fisikawan Perancis Louis Paul Cailletet, mendemonstrasikan gas oksigen dan karbon dioksida bisa diubah menjadi cair dengan tekanan tinggi.

Pada saat yang hampir bersamaan, Raoul Pictet dari Swiss juga berhasil mengubah oksigen menjadi gas cair dengan proses yang berbeda. Gas cair lantas menjadi umum ketika pada tahun 1895 fisikawan jerman, Carl von Linde menemukan cara memproduksi gas cair secara massal.

Tiga tahun setelah keberhasilan von Linde, dokter dari New York bernama Campbell White untuk pertama kalinya menggunakan gas cair ekstrem dingin untuk mengobati lupus, herpes, dan epithelioma, sejenis tumor pada kulit.

Dia sukses mengobati epithelioma. White mengatakan dengan percaya diri, "Saya bisa benar-benar mengatakan hari ini bahwa saya percaya epithelioma yang diobati sejak awal perkembangannya dengan gas air akan bisa dibasmi atau disembuhkan."

JT Bowen, dokter lain di Amerika Serikat, dalam publikasi hasil risetnya pada tahun 1907 menunjukkan bahwa penggunaan gas cair untuk perawatan epithelioma setelah satu kali radioterapi lebih efektif dibandingkan melakukan radioterapi berulang kali.

Gas cair hanya salah satu agen pendingin yang berkembang. Tahun 1935, dokter dari Chicago bernama William Pusey mempopulerkan penggunaan es karbon dioksida. Agen tersebut menjadi alternatif karerna gas cair masih sulit didapatkan.

Es karbon dioksida lebih mudah didapatkan karena berkembangnya industri air mineral dan bisa diubah jadi beragam bentuk. Pusey untuk pertama kalinya menggunakan es karbon dioksida untuk mengobati naevus, sejenis tanda lahir berupa kulit hitam dan berambut, dan berhasil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com