Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aspal dan Beton yang Bisa Sembuhkan Diri, Kok Bisa?

Kompas.com - 05/05/2017, 17:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber The Verge

KOMPAS.com -- Pengendara atau bukan, semua orang pasti setuju bahwa lubang di jalanan sangat menyebalkan. Untuk itu, sekelompok ilmuwan berusaha untuk mengeliminasi masalah ini dengan menciptakan aspal dan beton yang dapat memperbaiki dirinya sendiri.

Selama ini, aspal paling umum digunakan untuk membuat jalanan. Bahan ini hanya perlu dihangatkan, diaduk, dan dituang. Ketika kering, bahan ini menjadi jalanan keras yang berpori-pori dan dapat meredam suara.

Sayangnya, aspal yang berpori-pori tidak bertahan lama dan tekanan dari kendaraan menciptakan retak dan lubang di jalanan.

Erik Schlangen, seorang ilmuwan materi di Delft University, Inggris, mengajukan satu solusi: mencampurkan fiber baja untuk membuat aspal menjadi konduktif.

Dengan demikian, aspal hanya perlu dipanaskan kembali menggunakan mesin induksi besar yang pada dasarnya adalah magnet raksasa untuk menutup kerusakan-kerusakan kecil.

(Baca juga: Mengenal Kereta Hyperloop, Bagaimana Bisa Bergerak Setara Kecepatan Suara?)

Sejauh ini, aspal Schlangen telah diuji coba pada 12 jalan di Belanda, salah satunya bahkan telah digunakan oleh pengendara sejak tahun 2010, dan mereka semua masih berfungsi dengan baik hingga sekarang.

Namun, Schlangen berkata bahwa aspal biasa dapat bertahan hingga sepuluh tahun dan perbedaannya dengan aspal berisi fiber baja ini akan baru terlihat setelahnya.

Walaupun aspal tersebut diprediksi membutuhkan biaya 25 persen lebih mahal dibandingkan aspal biasa, tetapi jangka waktu pemakaiannya bisa dua kali lipat.

Menurut satu perkiraan, aspal ini dapat mengurangi pengeluaran Belanda hingga 90 juta euro atau sekitar Rp 1,3 triliun bila digunakan pada semua jalan yang ada di negara tersebut.

Selain menghemat biaya, Schlangen berkata bahwa mencampurkan baja pada aspal juga membuka kemungkinan untuk mengisi ulang baterai mobil elektrik.

“Ini masih awal, tetapi kita akan membuat beberapa percobaan di depan lampu merah, jadi Anda bisa mengisi ulang baterai selagi menunggu di jalan,” katanya.

(Baca juga: Transportasi Canggih Kereta Hyperloop, Jarak Jakarta-Yogyakarta hanya 25 Menit)

Selain aspal, Schlangen juga berusaha untuk meningkatkan daya tahan beton. Walaupun bahan tersebut tergolong murah, tetapi beton sangat mudah retak.

Lalu, ketika Anda memasukkan kawat baja di dalamnya, air atau garam yang masuk melalui retak-retak yang ada membuatnya kawat di dalamnya korosi dan rapuh.

“Jika Anda ingin membuat beton yang dapat memperbaiki dirinya sendiri, maka kita harus mengisi keretakan ini agar tidak ada air atau garam yang masuk,” kata Schlangen.

Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan bakteria spesial ke dalam campuran beton. Bakteria tersebut akan hidup di dalamnya dan memproduksi kalsium karbonat yang membantu mengisi keretakkan.

Schlangen menambahkan, kita sudah tahu bahwa bakteria ini dapat hidup di alam selama 200 tahun. Jadi, kita sedang menciptakan sebuah teknik untuk memasukkannya ke dalam konkrit dan bertahan hidup.

Sayangnya, uji coba untuk beton Schlangen masih terbatas. Sebab, kegagalannya akan jauh lebih merugikan daripada aspal. Namun, dia dan timnya telah mengaplikasikannya pada bangunan kecil, walaupun mereka masih mengutak-atik materi tersebut.

Lalu, walaupun regulasi beton di Eropa dan Amerika Serikat sangat ketat, tetapi negara-negara dengan regulasi yang lebih longar seperti China, Jepang, dan Korea telah mengekspresikan minat terhadap beton Schlangen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com