Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katak Sebesar Ayam dari Enrekang Ini Buktikan Kekayaan Fauna Nusantara

Kompas.com - 02/05/2017, 18:11 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Warga Dusun Gora, Desa Buntu Mondong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enkerang, Sulawesi Selatan, menemukan sembilan ekor katak dengan ukuran raksasa, sebesar ayam.

Warga menangkap katak yang dalam bahasa lokal disebut "Todan" itu di kebun sawah pinggiran Sungai Dantewwa, sungai sepanjang 10 kilometer di Enrekang yang melintasi Desa Buntu Mondong, Banca, dan Lunjen.

"Kita tangkap sembilan ekor, dua ekor yang paling besar beratnya 1,5 kg panjang 50 cm dan sisanya ukurannya sedang," kata Darussalam, warga yang ikut menangkap, kepada Tribun Enrekang, Selasa (2/5/2017).

Dia menjelaskan, katak raksasa itu memang terdapat dalam jumlah melimpah di wilayahnya. Menurutnya, katak itu endemik Latimojong. Kadang, warga bisa menagkap hingga 50 ekor.

Pria yang berprofesi sebagai pendamping PKH dinas sosial itu menambahkan, katak itu hanya bisa ditangkap saat malam karena selalu bersembunyi kala siang.

Cermin potensi

Ahli amfibi dan reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, mengungkapkan, katak raksasa itu adalah cermin potensi fauna Nusantara.

"Ini salah satu potensi katak nusantara yang kita miliki dari Sulawesi," katanya saat dihubungi Kompas.com sebelumnya.

Menurutnya, katak itu merupakan jenis Limnonectes gruniens dan Limnonectes modestus. Jenis itu bisa memakan apapun yang ada di permukaan tanah, mulai tikus hingga burung.

Amir mengungkapkan, bila dikelola dan dibudidayakan, katak itu bisa dimanfaatkan untuk konsumsi sekaligus menjadi komoditas ekspor baru.

Indonesia merupakan pengekspor katak terbesar di dunia. "Yang kita ekspor kebanyakan adakah katak sawah jenis Fejervarya cancrivora," ungkap Amir.

Sayangnya, katak yang diekspor merupakan hasil eksploitasi langsung dari alam, bukan budidaya. Itu akan mengancam kelestarian.

Tantangan pemanfaatan katak adalah upaya budidayanya. Pada saat yang sama, Indonesia perlu mengidentifikasi potensi. Dengan sumber daya alam yang kaya, Indonesia saat ini malah mengimpor bullfrog.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com