Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Baru, Pasien Jalani Operasi dalam Kondisi Sadar

Kompas.com - 30/03/2017, 12:16 WIB

KOMPAS.com - Karena alasan finansial dan medis, kini semakin banyak tindakan operasi dilakukan dengan pasien dalam kondisi sadar dan mengikuti jalannya operasi.

"Ingin melihat kondisi tendon Anda?" tanya Dr.Asif Ilyas, dokter bedah tangan dan pergelangan tangan, yang sesaat lagi menutup luka pada pasiennya.

Ia sengaja memberi kesempatan pada pasiennya untuk mengetahui sumber dari nyeri yang selama ini mengganggunya: pita tendon yang berwarna merah muda pucat.

Kemudian, dengan instrumen bedah di tangannya, Ilyas mulai memperbaiki kondisi tendon itu untuk mengembalikan fleksibilitasnya.

"Cukup rapi dok," kata Esther Voynow, pasiennya di Rothman Ortopaedic Speciality Hospital, Pennsylvania, AS.

Tindakan operasi yang dilakukan Ilyas, disebut juga dengan De Quervain's release, pada umumnya dilakukan dengan pasien yang diberi obat anestesi. Namun, karena Voynow tidak menyukai pembiusan dan rasa ingin tahunya pada kondisi tubuhnya, ia memilih tetap sadar sepanjang operasi.

Dokter hanya memberinya bius lokal di bagian lengan yang akan dibedah. Dengan begitu ia bisa menyaksikan dokter membuat sayatan pada pergelangan tangannya yang bengkak, kemudian membuka tutup kulitnya, lalu membuka bagian otot tendonnya yang mengalami peradangan.

Minat para pasien untuk menjalani tindakan bedah dengan bius lokal terus meningkat. Karena pasien tetap sadar, mata dan kupingnya juga terbuka lebar, maka protokol dokter dan pasien di ruang operasi pun ikut berubah.

Jika dulu tim dokter dan perawat di ruang operasi bisa bebas mengobrol, kini mereka harus lebih berhati-hati memilih topik. Komentar seperti, "Oops", atau "Wah, kok begini ya jadinya", harus dihindari agar pasien tidak cemas. Pasien butuh mengetahui tim dokter yang menanganinya percaya diri, fokus, dan dalam kendali.

Di pintu ruangan bedah juga diberi informasi: Pasien Sadar. Ini agar setiap tenaga kesehatan di sekitar ruangan itu lebih berhati-hati menjaga sikap dan ucapannya.

"Selama ratusan tahun, kita selalu membicarakan tentang teater operasi. Kini, untuk pertama kalinya, pasien bisa bergabung sebagai pemeran," kata Dr.Mark Seigler, pakar etika medis dan peneliti komunikasi pasien dan dokter bedah.

Pilihan yang diambil pasien untuk melihat langsung operasi yang dijalaninya juga menjadi bentuk gerakan otonomi. Dalam hal ini, pasien mulai menggeser paternialisme dokter. Pasien bisa terlibat lebih dalam pada tindakan medis dirinya.

Menurut Dr.Alexander Langerman, dokter bedah kepala dan leher dari Vanerbilt University Medical Center, keputusan pasien untuk tetap sadar di ruang bedah juga merefleksikan berkembangnya rasa curiga dan ingin tahu.

"Banyaknya skandal yang terjadi saat pasien sedang dibius juga membuat kepercayaan mereka pada dokter menurun," kata Langerman.

Pasien juga sebenarnya ingin tahu apa yang dilakukan dokter pada dirinya saat mereka tak sadar. Dengan tetap sadar dan terjaga, rasa penasaran itu terjawab.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com