Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2017, 14:00 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda otomatis tahu seseorang yang baru ditemui bernama Budi, ternyata ada alasannya. Fenomena lazim ini menarik perhatian terhadap fakta bahwa sebagian besar orang cenderung "pas" dengan namanya dan ketika tidak, kita akan mengetahuinya.

Membuat asumsi mengenai orang lain hanya berdasar nama saja adalah kebiasaan yang hampir lazim dan ternyata hal itu menimbulkan efek nyata. Selama bertahun-tahun stereotip budaya menciptakan asosiasi nyata antara nama seseorang dengan penampilan wajahnya. Ini menurut riset baru dari American Psychological Association.

Penemuan itu yang diterbitkan secara daring di jurnal Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa masyarakat secara mengejutkan mampu dengan benar menjodohkan nama dengan wajah mereka.

Studi itu pun membuktikan komputer dapat diprogram dengan algoritma yang menjodohkan nama dengan wajah.

"Kami tahu bagaimana jenis kelamin tertentu memiliki dampak struktur sosial yang kuat tetapi, sekarang kami tahu bahwa bahkan nama kita yang dipilihkan oleh orang lain bukanlah bersifat biologis ternyata dapat mempengaruhi penampilan lewat interaksi sosial," kata pemimpin penelitian, Dr Yonat Zwebner dari Hebrew University di Yerusalem.

Untuk penelitian ini, Zwebner dan rekan-rekannya merekrut ratusan peserta dari Perancis dan Israel. Peneliti memperlihatkan kepada setiap peserta wajah seseorang dan minta mereka memilih nama yang akan diberikan dari daftar empat atau lima nama potensial.

Peserta mencocokkan nama dengan wajah pada tingkat yang lebih baik daripada kesempatan acak. Mereka membuktikan sampai 40 persen kecenderungan untuk benar bahkan ketika faktor-faktor seperti usia, etnis dan status sosioekonomi dikontrol.

Efek tersebut sangat budaya. Artinya, orang Israel mampu menjodohkan dengan nama dan wajah orang Israel tetapi bukan nama dan wajah Perancis. Orang Perancis lebih baik memadukan wajah dan nama Perancis.

Di eksperimen lain periset menciptakan algoritme yang membuat komputer memadukan nama terhadap 94.000 wajah. Komputer tersebut secara bermakna daripada kesempatan acak berhasil memadukan nama dan wajah dengan benar.

Peneliti percaya stereotip budaya yang masyarakat sematkan pada nama-nama berbeda, dengan karakter yang kita lihat di film, siaran TV dan buku dapat menjelaskan efek ini.

Mungkin pula bahwa orang secara tak sadar mengubah penampilan mungkin lewat gaya rambut atau riasan untuk menyesuaikan norma budaya dan harapan yang berkaitan dengan nama mereka.

"Jika sebuah nama dapat mempengaruhi penampilan, nama juga dapat mempengaruhi banyak hal dan riset ini membuka arahan penting yang mungkin menyarankan bagaimana orang tua harus mempertimbangkan nama lebih baik untuk anak-anak mereka," kata Zwebner.

"Begitu masyarakat menyadari dampak yang mungkin dari sebuah nama, mereka akan berhati-hati memilih nama dan mereka dapat memilih apakah untuk memenuhi stereotip nama atau mengalahkannya, seperti kesadaran kita akan stereotip jenis kelamin," katanya.

Stereotip dapat menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya dan ekspektasi lain dapat menambahkannya selama bertahun-tahun untuk membentuk masyarakat kita sekarang. Hal ini sering terjadi dengan jenis stereotip lain, khususnya yang berkaitan dengan ras dan jenis kelamin.

"Riset sebelumnya membuktikan ada stereotip budaya yang disematkan pada nama-nama, termasuk bagaimana seseorang harus terlihat," kata Zwebner. "Misalnya, masyarakat cenderung membayangkan seseorang bernama Bob memiliki wajah lebih bulat daripada seseorang bernama Tim. Kami percaya stereotip ini dapat selama bertahun-tahun dapat mempengaruhi penampilan wajah seseorang," tuturnya.

Stereotip khususnya merajalela dalam kasus nama yang berhubungan dengan ras. Seseorang pria Afrika Amerika bernama tradisional cenderung dicap "pembuat keonaran" oleh guru dan tak dipanggil untuk wawancara kerja.

Pada studi di 2015 studi menemukan pria dengan nama DeShawn dan Jamal cenderung dipandang berbadan besar, berbahaya, garang dibandingkan pria dengan nama tradisional orang kulit putih.

Memang nama tampaknya benar-benar membentuk nasib kita di masa depan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau