Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Mata Besar Sebelah, Inilah Cumi Aneh Penghuni Laut Dalam

Kompas.com - 24/02/2017, 15:13 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com — Dari hewan bermata seukuran bola basket hingga hewan yang mampu memendarkan cahaya (bioluminescence), laut dalam menyimpan kehidupan penuh misteri makhluk-makhluk berbentuk aneh yang jarang terungkap.

Hewan-hewan laut dalam tersebut telah mengembangkan karakteristik agar mampu bertahan hidup di lingkungan laut yang dingin serta habitatnya yang tanpa cahaya.

Seperti halnya Histioteuthis heteropsis. Hewan dengan mata besar sebelah itu masih menjadi teka-teki bagi bagi para peneliti sejak ditemukan sekitar 100 tahun yang lalu.

Cumi ini memiliki ciri fisik yang terbilang cukup aneh. H heteropsis lahir dengan kondisi mata yang berbeda, satu berukuran kecil, sedangkan mata yang lain dapat tumbuh lebih besar, menggembung, dan berwarna kuning. Bahkan ukurannya bisa mencapai dua kali ukuran mata satunya.

Untuk mengetahui fungsi mata tersebut, tim peneliti dari Universitas Duke, Carolina Utara, mengamati video bawah air yang dikumpulkan oleh Monterey Bay Aquarium Research Institute selama 30 tahun terakhir.

Hasil pengamatan menunjukkan, hewan tersebut menggunakan mata yang besar untuk menatap ke atas, mencari bayangan mangsanya. Sementara mata kecilnya beradaptasi untuk melihat ke bawah, memindai perairan gelap di bagian lautan yang disebut sebagai zona senja.

Peneliti juga menemukan fakta bahwa spesies ini berenang dengan posisi terbalik. Kepala di bawah dan ekor di atas.

Mata besar cumi sebelah kiri konsisten mengarah ke atas, sedangkan mata kecilnya menatap ke bawah, menguatkan dugaan peneliti bahwa mata besar cumi digunakan untuk mencari bayangan mangsa yang berenang di bagian atas. Sementara mata kecil memindai biolominescence yang ada di bawahnya.

"Laut dalam merupakan laboratorium alami untuk mempelajari mata karena jenis mata yang Anda butuhkan untuk melihat pendaran cahaya berbeda dengan mata yang kamu butuhkan untuk melihat cahaya normal," kata Professor Sonke Johnsen, peneliti senior dari Universitas Duke, seperti dikutip Livescience pada Senin (13/2/2017).

Adaptasi visual semacam itu membantu H heteropsis bertahan hidup di zona senja, sebuah wilayah dengan kedalaman sekitar 200 hingga 1.000 meter di bawah permukaan air.

Sinar matahari sangat sedikit mencapai daerah ini sehingga membuat zona senja temaram dengan warna biru monokromatik.

Banyak hewan telah beradaptasi dengan tempat ini dengan mengembangkan kemampuan tubuhnya untuk bisa bersinar atau bioluminescence.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Philosophical Transactions B pada Senin, 13 Januari 2017 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com