Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bintang dan Planet Berbentuk Bulat?

Kompas.com - 02/02/2017, 19:19 WIB

KOMPAS.com - Perdebatan tentang bentuk planet ramai terjadi belakangan. Sekelompok orang mengklaim bahwa bumi sebenarnya berbentuk datar, bukan bulat seperti biasa dimengerti.

Perdebatan riuh terjadi di media sosial. Umumnya, perdebatan terkait dengan bukti-bukti bumi datar dan bulat. Satu kelompok dan kelompok lainnya saling membantah.

Sebuah pertanyaan yang dikirimkan oleh seorang anonim di Brebes ke situs Langitselatan menarik untuk jadi perhatian.

"Mengapa bintang dan planet bentuknya bulat? Apakah semua planet atau bintang di alam semesta kita berbentuk bulat. Kalo ada yang lain selain itu berikan contohnya," demikian pertanyaannya.

Penjelasan berikut memuat ragam bentuk benda langit dan alasannya. Jika telah menyimaknya, Anda mungkin nanti bisa bertanya kepada mereka yang percaya bumi datar, "Mengapa bumi berbentuk datar?"

Jawaban singkatnya semua bintang dan planet bentuknya memang bulat. Tidak ada bentuk lain dari bintang dan planet. Untuk urusan bentuk planet, International Astronomical Union (IAU) menjadikannya bagian definisi planet, yakni memiliki kesetimbangan hidrostatik untuk mempertahankan bentuk bulat.

Tapi bagaimana bintang dan planet bisa berbentuk bulat? Mari kita telusuri.

Di alam semesta, kita akan menemukan berbagai benda yang punya berbagai bentuk. Ada debu, asteroid, komet yang bentuknya tidak beraturan, benda-benda berbentuk bulat laksana kentang, benda bulat sempurna, piringan / cakram dan halo.

Gravitasi merupakan penanggung jawab dari bentuk bulat benda-benda tersebut.

Proses pembentukkan bintang dan planet

Matahari sebagaimana bintang – bintang lainnya terbentuk dalam awan gas molekul yang disusun oleh 99% gas dan hanya 1% debu. Awan molekul ini merupakan awan yang punya kerapatan tinggi. Matahari juga terbentuk dalam awan serupa yang dikenal dengan sebutan Nebula Matahari.

Buzzle/Langitselatan Proses Pembentukan Tata Surya
Awan molekul ini sebenarnya cukup stabil, tetapi keruntuhan bisa terjadi jika ada gangguan yang datang dari luar. Misalnya, gelombang kejut dari ledakan bintang maha dahsyat atau ketika terjadi tabrakan antara dua awan molekul. Saat mengalami keruntuhan, awan yang sebelumnya berbentuk tidak beraturan mengalami perubahan bentuk. Momentum sudut mengubah bentuk awan yang tidak beraturan jadi cakram yang berotasi.

Ketika keruntuhan terjadi pada awan molekul, gas berakumulasi membentuk protobintang. Setelah protobintang terbentuk, ia akan menarik lebih banyak materi gas di awan untuk bergabung. Semakin banyak materi yang ditarik, gravitasi juga semakin besar. Selama proses ini, protobintang berotasi semakin cepat dan temperatur pun meningkat.

Proses berlangsung sampai protobintang memiliki energi yang cukup untuk memulai reaksi pembakaran hidrogen menjadi helium. Maka dimulailah reaksi termonuklir yang melepaskan energi sangat besar. Inilah proses kelahiran bintang yang salah satunya kita kenal sebagai Matahari, yang massanya 99.8% dari massa awan.

Sementara itu, piringan awan yang diisi sisa debu dan gas kemudian menjadi materi pembentukan planet-planet di sekeliling bintang yang baru terbentuk.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com