Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/01/2017, 14:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Ternyata, hampir dua-pertiga dari populasi global terinfeksi virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), menurut laporan terbaru yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Para peneliti WHO memperkirakan, ada 3,7 miliar orang di bawah usia 50 terinfeksi HSV-1, yang dikenal sebagai penyebab cold sore (Cold sore adalah luka atau lepuhan yang berisi cairan yang disebabkan oleh infeksi virus herpes simplex tipe-1).

Lalu, ada 417 juta orang di seluruh dunia berusia 15-49 memiliki HSV-2, jenis yang paling sering dianggap sebagai penyakit menular seksual.

Ada 140 juta orang dewasa mengalami infeksi genital disebabkan oleh HSV-1. Artinya, ada setengah milyar penduduk Bumi menderita infeksi seksual jenis herpes.

Herpes adalah infeksi yang sangat umum. Namun demikian, pengetahuan kita mengenai herpes masih sangat kurang, bahkan kita cenderung memercayai berbagai mitos. Berikut adalah beberapa mitos mengenai herpes dan fakta untuk meluruskan pemahaman kita yang mungkin selama ini, salah.

Mitos: Saya tidak pernah menunjukkan gejala, jadi saya pasti tidak memiliki herpes.

Sayangnya, tidak terlihatnya gejala tidak berarti Anda bebas herpes. Banyak orang yang terinfeksi virus tidak pernah mengalami gejala yang nyata, kata Mary Rosser, MD, PhD, direktur kebidanan dan kandungan di Montefiore Medical Center.

Ketika mereka memilikinya, sering mereka tidak tahu bahwa itu adalah herpes. Hal ini menjelaskan mengapa 87,4% individu yang terdiagnosis terinfeksi virus herpes, mengaku tidak memiliki gejala, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

"Gejala herpes seperti ruam panas, gatal, infeksi jamur dan reaksi alergi bisa sangat ringan dan bahkan tersamar dengan gejala penyakit yang lain," kata Fred Wyand, direktur komunikasi American Association Kesehatan Seksual (ASHA).

Mitos: Baru-baru ini, saya menjalani uji penyakit seksual menular jadi saya tahu bahwa saya bersih dari herpes.

Jika pengujian dilakukan menurut standar CDC, berarti herpes tidak termasuk di dalamnya. Tes darah untuk herpes hanya memberitahu apakah Anda telah terkena virus atau tidak, kata Dr . Raquel Dardik, MD, profesor kedokteran di NYU Langone’s Joan H. Tisch Center for Women’s Health.

Itu sebabnya, pengujian herpes tidak dimasukkan ke dalam paket yang diwajibkan ada dalam suatu pemeriksaan infeksi seksual.

Pun jika Anda melakukannya, lalu hasilnya positif, akan menimbulkan berbagai macam pertanyaan seperti kapan, bagaimana dan di mana Anda terinfeksi. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak terjawab dalam tes yang Anda lakukan.

Hal-hal rumit lainnya adalah, virus herpes sangat mirip dengan virus yang menyebabkan herpes zoster dan cacar air. Jadi, jika Anda pernah mengalami salah satu di antara keduanya, hal itu bisa mengacaukan hasil pemeriksaan, Dr. Rosser menambahkan.

Jadi bagaimana Anda tahu jika Anda memiliki herpes? Cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan menunggu sampai Anda memiliki wabah lesi. Jika lesi sudah muncul, dokter dapat melakukan tes pada luka atau lesi untuk menentukan apakah itu memang herpes dan jenis apa yang Anda hadapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com