Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2016, 14:00 WIB

KOMPAS.com - Jumlah orang muda yang menderita kanker kolon atau kanker rektum terus meningkat. Padahal, penyakit ini dulunya merupakan jenis kanker yang lazim diderita lansia.

Menurut penelitian American Cancer Society, jumlah orang berusia kurang dari 50 tahun yang menderita kanker kolon (usus besar) naik sekitar 11 persen antara tahun 2004-2014.

Peneliti juga memprediksi, kanker kolon pada pasien berusia 20-34 tahun akan naik sampai 90 persen di tahun 2030.

Meski kelompok pasien berusia muda itu tetap lebih sedikit dibanding pasien lansia, tapi orang muda yang didiagnosis kanker kolon sering kali penyakitnya sudah berkembang dan membutuhkan terapi yang agresif.

Peningkatan jumlah orang muda yang menderita kanker kolon sebenarnya sudah bisa terlihat sejak tahun 1990-an. Namun, para ahli belum mengetahui penyebab pastinya.

Yi-Qian Nancy You, dokter bedah kanker kolon dan peneliti, mengatakan sepertiga kasus disebabkan karena kondisi genetik atau riwayat dalam keluarga.

Sekitar dua pertiga kasus kemungkinan disebabkan karena pola makan yang tidak sehat, kurang olahraga, atau faktor lainnya. "Belum ada studi berskala besar yang meneliti kanker kolon pada orang muda," kata You.

Menurut Durado Brooks, kepala pencegahan kanker dari American Cancer Society, perubahan pola makan dalam beberapa dekade terakhir ini layak dicurigai.

"Orang muda cenderung lebih sering makan makanan cepat saji dan yang diproses, hal yang kita tahu terkait dengan kanker kolorektal. Peningkatan jumlah orang obesitas juga menjadi perhatian," kata Brooks.

Penggunaan hormon dan antibiotik pada hewan ternak dan ditemukan residunya pada daging juga dapat mengurangi kemampuan bakteri usus untuk melindungi kita dari penyakit.

Saat ini, dokter merekomendasikan pemeriksaan kanker kolorektal pada orang berusia 50 tahun. Namun, jika ada riwayat penyakit ini dalam keluarga, termasuk penyakit sindrom Lunch dan polip usus, sebaiknya pemeriksaan dilakukan lebih awal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WEBMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com