Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2016, 22:24 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com — Ekspedisi ke Antartika tahun 2016, bagi Indonesia, terasa istimewa. Pasalnya, salah satu peneliti Indonesia akan berpartisipasi.

Nugroho Imam Setiawan akan menjadi geolog Indonesia pertama yang menjejakkan kaki di Antartika. Selama empat bulan ia akan melakukan penelitian bersama tim dari Japan Antarctic Research Expedition (JARE).

Ekspedisi yang akan dilaksanakan pada 27 November 2016-22 Maret 2017 ini sekaligus juga akan mencatat Nugroho sebagai geolog indonesia yang terlama melakukan penelitian di Antartika.

Dalam sebuah presentasi rencana ekspedisi geologi di Antartika bersama Japan Antartic Expedition ke-58 (JARE58) di Universitas Gadjah Mada, Kamis (6/10/2016), Nugroho menjelaskan mengenai rencananya.

Menurut dia, penelitian akan memfokuskan untuk mengetahui evolusi bumi sebagai dasar ilmu kebumian supaya bisa dimanfaatkan serta diaplikasikan di kemudian hari.

Ia dan timnya akan mengambil sampel batuan metamorf, kemudian menganalisis proses yang membentuk batuan tersebut untuk mengetahui proses evolusi bumi.

"Melalui batuan metamorf tersebut kita bisa merekonstruksi bagaimana evolusi bumi, misalnya bagaimana benua-benua di bumi bisa tercipta," jelasnya.

Batuan metamorf sendiri merupakan batuan yang terbentuk karena adanya perubahan suhu dan tekanan. Di Antartika-lah para peneliti bisa menemukan batuan metamorf yang masih dalam kondisi bagus dan menyimpan informasi geologi penting.

"Jadi batuan metamorf ini ibarat black box yang akan mengungkap misteri mengenai evolusi bumi," tambahnya.

Total ada 80 peneliti yang ikut serta dalam ekspedisi ini yang terdiri dari berbagai peneliti dari beragam ilmu disiplin.

Sementara Nugroho akan masuk ke dalam tim geologi bersama tujuh orang lainnya.

Perjalanan akan dimulai dari Perth menuju Antartika dengan menggunakan kapal Shirase. Selama empat bulan mereka akan melakukan penelitian baik di daratan dan laut.

Ada tiga area yang akan menjadi fokus penelitian ekspedisi ini, yaitu Lutzow-holm bay, Prince Olav Coast Area, dan Amundsen bay. Ketiga area tersebut masih berdekatan dengan stasiun pengamatan Showa yang merupakan stasiun pengamatan Jepang yang didirikan pada tahun 1957.

Cuaca yang ekstrem memang akan menjadi kendala yang akan dihadapi, apalagi saat itu Nugroho juga akan berhadapan dengan midnight sun, kondisi ketika tidak akan ada malam hari.

Namun, ia berharap bahwa yang dilakukannya bisa menjadi inspirasi dan berlanjut dengan riset-riset yang lain dan diikuti oleh peneliti lainnya. Nugroho juga menambahkan bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki Polar Research sendiri untuk mendukung ilmu pengetahuan.

"Polar Research akan menjadi pencapaian sebuah negara yang akan menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan," kata dosen di Teknik Geologi UGM ini.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com