Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lautan Es Berubah, Beruang Kutub Semakin Terancam

Kompas.com - 22/09/2016, 08:00 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com - Peneliti mengungkap adanya perubahan waktu pencairan dan pembekuan es di lautan es (lapisan es tipis tetapi solid, terbentuk dari air laut) di Arktik.

Mereka mencatat sejak tahun 1979, lautan es di sepanjang 19 wilayah populasi beruang kutub di Arktik mencair lebih cepat pada musim semi dan membeku kembali lebih lambat saat musim gugur.

Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup beruang kutub. Hewan itu akan punya waktu lebih sedikit untuk mencari mangsa dan berkembang biak.

Fakta perubahan waktu pelelehan dan pembekuan lautan es di Arktik itu terungkap lewat penelitin ilmuwan dari University of Washington.

Peneliti menggunakan data dari satelit milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) selama 35 tahun.

"Penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah lautan es di semua sub-populasi beruang kutub," kata Harry Stern, sang peneliti, seperti dikutip Daily Mail Rabu (14/9/2016).

"Kita menggunakan metrik yang sama di sepanjang sub-populasi beruang kutub di Arktik sehingga dapat membandingkan dan membedakan," jelasnya.

Hasil analisis menunjukkan, rentang waktu ketika lautan es meleleh dan membeku berubah di seluruh area dan berbagai arah.

Di 19 populasi beruang kutub, rata-rata pada musim semi es mencair lebih cepat 3-9 hari dan terlambat membeku 3-9 hari pada musim gugur. Es sendiri menurun 9 persen di Arktik.

Ini artinya selama 35 tahun beruang kutub telah kehilangan total tujuh minggu akibat perubahan lautan es yang mendukung mereka mencari makan dan berkembang biak.

Lautan es berperan penting bagi beruang kutub. Mereka perlu memburu anjing laut yang kaya lemak, mendukung kehidupan di wilayah dingin.

Beruang kutub tak bisa berenang. Mereka hanya bisa menunggu di atas lautan es, mendapatkan anjing laut lewat rekahan es atau memecah es untuk menarik mangsanya.

"Mereka mampu hidup di daratan namun lautan es merupakan tempat utama untuk berburu mangsa," ungkap Harry.

Menyikapi hasil ini, para peneliti berencana setiap tahun akan terus memperbarui data cakupan es yang masih terdapat di Arktik. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Jurnal Cryosphere.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com