Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andong dan Becak, Sebuah Refleksi Sistem Transportasi di Yogyakarta

Kompas.com - 29/08/2016, 19:25 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com - Ragam alat transportasi hadir sejak penemuan roda 3.500 tahun lalu. Dalam perjalannya, satu alat transportasi yang dianggap "jadul" digantikan alat transportasi lainnya yang lebih modern.

Pameran arsip bertema "Harmonisasi dalam Sistem Transportasi di DIY" memberi gambaran tentang dinamika alat transportasi di Yogyakarta dari masa ke masa.

Dari arsip yang dipamerkan di Sasono Hinggil pada 23 - 29 Agustus 2016 ini, terlihat bagaimana masyakarakat menggunakan moda transportasi sederhana seperti andhong, becak, gerobak, glinding atau gethek, dulu dan kini.

Dulu, andong, becak, dan gerobak menjadi alat transportasi utama. Raja dan ratu misalnya, menggunakan kereta kencana yang pada dasarnya adalah sebuah andong mewah.

Kini, masyarakat Yogyakarta menggunakan motor, mobil, dan bus Trans Jogja. Moda transportasi lawas eksi di tengah modernisasi namun fungsi berubah, menjadi pelengkap.

"Moda transportasi tradisional ini bisa berjalan selaras dengan perkembangan zaman," kata Sukasbi, staf Bidang Arsip Stasis sub-Bidang Akuisisi Badan Perpusatakaan dan Arsip Daerah DIY, kepada Kompas.com, Jumat (25/8/2016)

Andong yang semula berfungsi sebagai alat transportasi utama, kini lebih banyak untuk sarana wisata. Bantul kini mempopulerkan kembali gerobak yang ditarik sapi untuk tujuan wisata.

Sukasbi mengatakan, meski fungsinya telah berubah, eksistensi moda transportasi lawas di tengah modernisasi adalah hal yang menarik.

"Moda transportasi bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, mereka juga sekaligus bisa mengenal Yogyakarta melalui moda transportasinya," ujarnya.

Sukasbi mengungkapkan, pameran arsip yang digelar lembaganya penting untuk meningkatkan pemahaman tentangh kearsipan.

"Kita menghadirkan arsip-arsip ini dengan maksud meningkatkan pemahaman terhadap arsip serta potensi yang bisa digali dari arsip. Sehingga apresiasi masyarakat makin meningkat," katanya.

Sukasbi berharap arsip-arsip yang dipamerkan bisa menjadi sebuah refleksi untuk sebuah perencanaan manajemen transportasi yang lebih baik.

"Keterbatasan ruang, meledaknya populasi manusia, serta kompleksitas kepentingan hidup manusia mengharuskan kita merumuskan konsep yang tepat untuk dunia transposrtasi. Dan arsip menjadi menjadi salah referensi untuk membuat konsep tersebut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com